DAVOS, iNews.id – China akan memperkenalkan reformasi ekonomi terbaru pada tahun ini dengan menerapkan ekonomi yang jauh lebih terbuka sekaligus menandai hari jadi ke-40 negara tersebut meninggalkan sistem ekonomi komunis tertutup.
“Beberapa reformasi ekonomi yang dilakukan akan melewati perkiraan masyarakat internasional. Membuka perekonomian tidak hanya penting bagi China, tapi juga untuk seluruh dunia,” kata Liu He, Penasihat ekonomi dan bisnis Presiden China Xi Jinping dalam Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (25/1/2018).
Agenda reformasi ekonomi China akan fokus menarik investor global dan membuat perekonomian terbesar kedua di dunia itu lebih terbuka di tengah meningkatnya ketegangan hubungan dagang dengan pemerintah Amerika Serikat akibat kebijakan Trump yang proteksionis. Pemerintah China saat ini juga tengah berjuang mengatasi polusi udara, kemiskinan, dan risiko keuangan sehingga mereka mendorong seluruh mesin ekonomi bergerak demi mengurangi perlambatan ekonomi secara tajam.
“Jika mereka benar-benar menerapkan pernyataan tersebut, tentu saja ini berdampak positif. Para penasihat Donald Trump akan membutuhkan cambuk baru untuk mendongkrak ekonominya,” kata Jim O’Neill, mantan Kepala Ekonomi Goldman Sachs Group Inc.
Liu merupakan tokoh sentral yang juga pejabat Politiburo Partai Komunis China yang mengemudikan ekonomi China selama bertahun-tahun. Dia belakangan ini juga lebih sering tampil di depan publik dan tampak layaknya wakil perdana menteri bagi Li Keqiang.
“Pidato Liu pada hari Rabu kemarin menandai penampilan perdananya di forum internasional. Kami yakin ini merupakan sinyal yang jelas bahwa Liu akan menjadi juru bicara kebijakan ekonomi China dalam lima tahun ke depan,” kata Larry Hu, Kepala Ekonomi China di Macquarie Securities Ltd yang berbasis di Hong Kong.
Liu mengatakan, globalisasi ekonomi seharusnya lebih terbuka, inklusif, dan seimbang. Dia juga mendorong supaya para pelaku bisnis dan politik untuk menolak perang dagang dan proteksionisme.
“China berdiri menentang segala bentuk proteksionisme. Kami telah memperluas akses di sektor keuangan dan mengambil sejumlah inisiatif untuk mendongkrak impor dari luar negeri,” tutur Liu.
Pada November lalu, Beijing mengambil langkah besar di sektor keuangan dengan menghapus pembatasan kepemilikan asing di perbankan sekaligus mengizinkan perusahaan dari luar China mengakuisisi saham mayoritas di perusahaan-perusahaan seperti sekuritas, modal ventura, manajer investasi, dan asuransi.
“Kami akan terus mendorong integrasi China dengan aturan perdagangan internasional dan memperlonggar akses pasar. Kami akan terus membuka sektor jasa, khususnya sektor keuangan bagi asing,” ujar Liu.
Berbeda dengan China, Willbur Ross, Menteri Perdagangan AS justru membela mantra ‘America First’ yang digaungkan oleh Trump saat pidato di Davos pada hari yang sama.
“China hanya membuka ekonominya sedikit tapi berbicara panjang lebar soal perdagangan bebas secara retorik. Mereka sebenarnya memiliki sikap yang sangat proteksionis. Apakah benar-benar ada perdagangan bebas atau hanya ada kuda unicorn di kebun? Setiap kali Amerika mengambil keputusan untuk mengatasi masalah, kita menyebutnya proteksionis,” kata Willbur.
Willbur mengatakan, AS hanya ingin membuat sistem perdagangan yang lebih wajar dan adil.
Editor : Ranto Rajagukguk