Perdana Menteri (PM) Kamerun, Joseph Dion Ngute. (Foto: Reuters)
Umaya Khusniah

YAOUNDE, iNews.id - Tembakan senapan mesin mewarnai pidato Perdana Menteri (PM) Kamerun, Joseph Dion Ngute. Pria berjaket antipeluru segera merangkul PM Ngute, sementara pasukan keamanan melindungi mereka. 
 
PM Ngunte tengah berpidato di Bamenda, Selasa (5/10/2021). Wilayah ini tengah diganggu oleh separatis Anglophone. 

Video peristiwa mendebarkan ini pun viral di media sosial. Terlihat saat PM Ngunte tengah berbicara di depan banyak orang, tiba-tiba terdengar suara tembakan dari jauh. Sontak para pendengar segera mengarahkan pandangan mereka ke sumber suara. 

Belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas insiden tersebut. Kantor perdana menteri pun tak memberikan komentar. 

Namun demikian, peristiwa ini membuktikan adanya ketidakamanan di Kamerun sejak pemberontak yang ingin memisahkan diri pertama kali melawan militer pada 2017.

Dilansir dari Reuters, sumber di kantor gubernur North West mengatakan, tembakan itu terjadi di pegunungan luar Bamenda, ibu kota regional. Perdana menteri tidak terluka dalam peristiwa itu.

"Situasi telah terkendali," kata sumber itu tanpa menyebut nama.

Sebelum tembakan terdengar, PM Ngute meyakinkan khalayak yang hadir  bahwa dia di sana untuk membantu menyelesaikan krisis.

"Sudah saatnya penderitaan ini berakhir bagi kita semua. Inilah yang membawa saya ke sini," katanya. 

Kawasan Northwest Kamerun merupakan satu dari dua wilayah di mana separatis berbahasa Inggris berusaha membentuk negara bagian, yang disebut Ambazonia. Mereka berjuang melawan pasukan pemerintah atas anggapan marjinalisasi oleh mayoritas Kamerun yang berbahasa Prancis.

Konflik ini telah menewaskan lebih dari 3.000 orang dan memaksa ratusan ribu orang mengungsi.

Menjelang kunjungan Ngute ke Bamenda, Pasukan Pertahanan Ambazonian memerintahkan penduduk untuk tinggal di rumah. Mereka mengancam, siapa pun yang berpartisipasi dalam pertemuan dengan Ngute akan menanggung risiko. 

"Akan ada operasi militer yang direncanakan untuk menentang kunjungan perdana menteri kolonial," kata mereka, Senin (4/10/2021).



Editor : Umaya Khusniah

BERITA TERKAIT