×
Berita Hari ini - iNews Portal

Hukum Bacaan Qalqalah Lengkap dengan Contoh dan Pengertiannya

Kastolani Marzuki · Selasa, 09 Februari 2021 - 20:21:00 WIB
Hukum Bacaan Qalqalah Lengkap dengan Contoh dan Pengertiannya
Hukum Bacaan Qalqalah Lengkap dengan Contoh dan Pengertiannya

JAKARTA, iNews.id - Hukum bacaan qalqalah penting diketahui Muslim dalam membaca Alquran agar baik dan benar. Dalam ilmu tajwid, salah satu hukum bacaan yang perlu diketahui yakni qalqalah. 

Huruf qalqalah ada lima yakni huruf ba (ب), jim (ج), dal (د), ta (ط), dan qaf (ق)  atau dapat disingkat dengan qatbujadin. Qalqalah dibaca ketika salah satu dari lima huruf itu mendapat sukun di tengah kalimat atau wakaf di akhir kalimat. 

Cara membaca Qalqalah adalah memantul. Hukum bacaan qalqalah terdiri dari dua macam, yaitu qalqalah sugra (kecil) dan kubra (besar).
Qalqalah Sugra adalah setiap huruf qalqalah yang mendapat sukun di tengah kata atau kalimat.

Sedangkan Qalqalah Kubro adalah setiap huruf qalqalah yang berada di akhir kalimat karena mendapat wakaf.

Contoh Qalqalah Sugra:

1. Dibaca dengan mantap dan memantul

اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُ

Innasyaaniaka huwal abtar (abetar). (QS. Al Kautsar: 3)

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.

اَلَمْ يَجْعَلْ  كَيْدَهُمْ فِيْ تَضْلِيْلٍ

Alam Yaj'al kaidahum fii tadhliilin.

Artinya: Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan kabah) itu sia-sia. (QS. Al Fiil:2)

2. Contoh Qalqalah Kubra

Contoh bacaan qalqalah kubra ada dalam Surat Al Ikhlas ayat 1-4:

قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ

اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ

وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ

Qul huwallaahu ahad
Allahush shomad
Lam yalid walam yuulad
wa lam yakunlahuu kufuwan ahad 

Artinya: Katakanlah: "Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala urusan. Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia". (QS. Al Ikhlas: 1-4).

Hukum Mempelajari Ilmu Tajwid

Para ulama berpendapat bahwa hukum bagi mempelajari ilmu tajwid itu adalah fardu kifayah. Maksudnya jika di antara Muslim sudah ada yang mempelajari teori dan istilah di dalam ilmu tajwid,  kewajiban tersebut menjadi gugur untuk orang yang lain. 

Meski demikian, bukan berarti Muslim abai mempelajari ilmu Tajwid. Sebab, untuk bisa membaca Alquran dengan baik dan benar serta tartil harus mengetahui tajwidnya.

Perintah untuk membaca Alquran dengan tartil dan benar disebutkan dalam Alquran.

Allah SWT berfirman:

اَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْاٰنَ تَرْتِيْلًاۗ

Artinya: Atau lebih dari seperdua itu, Dan bacalah al-Quran itu dengan perlahan-lahan. (QS. Surat Al Muzzamil: 4)

Ibnu Katsir menerangkan maksud ayat tersebut di atas adalah bacalah Alquran dengan tartil (perlahan-lahan) karena sesungguhnya bacaan seperti ini membantu untuk memahami dan merenungkan makna yang dibaca, dan memang demikianlah bacaan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW Sehingga Siti Aisyah radhiallahu 'anha mengatakan bahwa Nabi SAW bila membaca Alquran yaitu perlahan-lahan sehingga bacaan beliau terasa paling Iama dibandingkan dengan orang lain.

Di dalam kitab Sahih Bukhari disebutkan melalui sahabat Anas ra, bahwa ia pernah ditanya tentang bacaan yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. Maka ia menjawab, bahwa bacaan Alquran yang dilakukan oleh beliau panjang.

Hadis-hadis yang menunjukkan anjuran membaca Al-Quran dengan bacaan tartil dan suara yang indah, seperti hadis berikut: "زَيِّنوا الْقُرْآنَ بِأَصْوَاتِكُمْ" Hiasilah Al-Qur’an dengan suara kalian!

 "لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَتَغَنَّ بِالْقُرْآنِ" Bukan termasuk golongan kami orang yang tidak melagukan bacaan Al-Qur’an. Dan Rasulullah SAW pernah bersabda setelah mendengar suara Abu Musa Al-Asyari membaca Al-Quran: "لَقَدْ أُوتِيَ هذا مزمار مِنْ مَزَامِيرِ آلِ دَاوُدَ" Sesungguhnya orang ini telah dianugerahi suara yang indah seperti suara seruling keluarga Daud. 

Maka Abu Musa menjawab, "Seandainya aku mengetahui bahwa engkau mendengarkan bacaanku, tentulah aku akan melagukannya dengan lagu yang terindah untukmu." Diriwayatkan dari Ibnu Masud, bahwa ia telah mengatakan, "Janganlah kamu membacanya dengan bacaan seperti menabur pasir, jangan pula membacanya dengan bacaan tergesa-gesa seperti membaca puisi (syair). Berhentilah pada hal-hal yang mengagumkan, dan gerakkanlah hati untuk meresapinya, dan janganlah tujuan seseorang dari kamu hanyalah akhir surat saja.

Wallahu A'lam.

Editor : Kastolani Marzuki

Tag: Hukum Bacaan Qalqalah | Ilmu tajwid | Membaca Alquran
ARTIKEL ORIGINAL