JAKARTA, iNews.id - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) optimistis industri batik dan kerajinan mampu memberikan kontribusi signfikan terhadap pemulihan ekonomi nasional akibat pandemi Covid-19. Saat ini, pelaku industri kerajinan di Indonesia mencapai 700.000.
"Untuk itu, cara berpikir kreatif dan inovatif melalui pemanfaatan teknologi dan optimalisasi sumber daya yang ada, diyakini produktivitas dapat terus bergerak serta berkontribusi positif bagi perekonomian nasional. Industri kerajinan dan batik harus mampu juga beradaptasi dengan kebiasaan baru saat ini atau berbagai perubahan karena dampak pandemi," ujar Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin Doddy Rahadi dalam keterangan tertulis, Minggu (11/10/2020).
Dia menuturkan, industri batik merupakan salah satu sektor yang cukup banyak membuka lapangan pekerjaan. Sektor yang didominasi oleh industri kecil dan menengah (IKM) ini tersebar di 101 sentra seluruh wilayah Indonesia.
Produk batik cukup berperan dalam perolehan devisa negara melalui capaian nilai ekspor pada tahun 2019 sebesar 17,99 juta dolar AS. Sementara itu, pada Januari-Juli 2020, nilai pengapalan batik mengalami peningkatan dengan mencapai 21,54 juta dolar AS. Tujuan utama pasar ekspornya ke Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa.
"Industri batik mendapat prioritas pengembangan selain karena berbasis budaya lokal, juga dinilai mempunyai daya ungkit besar dalam penciptaan nilai tambah, dampaknya transaksi perdagangan, besaran investasi, dampak terhadap industri lainnya, serta kecepatan penetrasi pasar," kata Doddy.
Sementara untuk industri kerajinan, jumlahnya lebih dari 700.000 unit usaha dengan menyerap tenaga sebanyak 1,32 juta orang. Pada tahun 2019, nilai ekspor produk kerajinan nasional menembus hingga USD892 juta atau meningkat 2,6 persen dibandingkan perolehan tahun 2018 sebesar 870 juta dolar AS.