JAKARTA, iNews.id - Emas masih menjadi investasi primadona. Bahkan, saat ekonomi mengarah ke depresi, emas sebagai investasi lindung nilai dan diminati masyarakat.
Pengamat Ekonomi Bhima Yudhistira mengatakan, emas diprediksi bisa menembus harga Rp1,5 juta hingga Rp2 juta per gram. Ada banyak faktor yang memengaruhi meningkatnya harga emas.
"Pertama, orang melindungi nilai khususnya kalangan menengah ke atas. Karena setiap kali krisis aset lindung nilai yang paling aman saat ini adalah emas," ujarnya, saat dihubungi di Jakarta, Minggu (9/8/2020).
Kedua, lanjut Bhima, ada spekulan keuntungan emas secara tahunan sudah lebih dari 40 persen. Artinya, emas merupakan aset yang mengalahkan return atau keuntungan dari Surat Berharga Negara (SBN) sebesar 7 persen, lalu deposito 5 persen. Bahkan, valas dolar tidak setinggi keuntungan SBN. "Jadi emas masih oke, apalagi saat ini properti sedang lesu jadi alternatif ya emas," katanya.
Ketiga, adanya tren di mana bank sentral berbagai negara mulai meningkatkan cadangan emasnya. Hal tersebut, menurut Bhima, dilakukan untuk mengantisipasi ketika terjadi tekanan ekonomi seperti kenaikan inflasi.
Keempat, apabila dilihat dari sisi suplay tidak ditemukannya tambang emas yang cukup besar dalam 10 tahun terakhir. "Suplai sangat terbatas, jadi tidak ada kenaikan produksi dari emas," katanya.
Dia menyebutkan faktor-faktor tersebut yang membuat emas masih menjadi primadona. Namun, yang harus menjadi perhatian ketika harga emas lebih dari Rp1,5 juta per gram atau saat terjadi tanda-tanda pemulihan di luar ekspektasi.