JAKARTA, iNews.id - PT Bank BRI Syariah Tbk (IDX: BRIS) mencatat rasio pembiayaan bermasalah (Non Performing Finance/NPF) yang masih tinggi di mana NPF gross sebesar 4,92 persen sedangkan NPF net 4,1 persen. Namun, angka tersebut masih di bawah batas yang ditetapkan Bank Indonesia maksimal 5 persen.
Direktur Utama BRI Syariah Hadi Santoso mengatakan, pihaknya sudah memetakan upaya penurunan NPF tersebut dengan membentuk cadangan untuk menekan rasio NPF. Meski cadangan tersebut jumlahnya tidak terlalu banyak untuk menyerap volume NPF.
"Yang penting adalah yang meng-handle itu sudah kita lakukan sendiri, namanya special asset management itu sudah kita bentuk, badan itu sudah ter-mapping insya Allah itu sudah kita teratasi," ucapnya di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (9/5/2018).
Selain itu, pihaknya juga tengah memfokuskan pembiayaan dengan ekspansi usaha selama tahun ini di sektor komersial dan konsumer. Khusus untuk ekspansi komersial, hal ini juga dilakukan untuk mengangkat rasio pembiayaan deposit (financing deposito ratio/FDR). "Tentunya dengan adanya ekspansi pembiayaan itu secara persentase (NPF) menurun," tuturnya.
Dari total pendapatan penjualan saham perdana sebesar Rp1,3 triliun, BRI Syariah mengalokasikan 80 persen untuk ekspansi pembiayaan atau sekitar Rp1,04 triliun. Kemudian, ia menargetkan kisaran pertumbuhan pembiayaan sebesar 15-17 persen sepanjang 2018.
Sementara itu, dilihat dari sisi permodalan maka BRI Syariah memiliki permodalan yang kuat. Sebab, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) tercatat sebesar 23,64 persen, meningkat dibandingkan posisi Maret 2017 sebesar 21,14 persen. Rasio tersebut di atas ketentuan yang ditetapkan BI.
Selanjutnya, rasio keuangan lainnya juga tercatat positif seperti Return on Asset (ROA) sebesar 0,86 persen, return on equity (ROE) 6,92 persen, net imbalan (NI) sebesar 5,16 persen, net operating margin (NOM) 0,34 persen, dan financing to deposit ratio(FDR) 68,70 persen. Dari sisi efisiensi perusahaan, rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) sebesar 90,75 persen, lebih baik dibandingkan posisi Maret 2017 sebesar 93,67 persen.