PARIS, iNews.id - Perusahaan pemilik merek terkenal Louis Vuitton, LVMH membatalkan rencana akuisisi produsen perhiasan asal AS, Tiffany & Co. Perjanjian senilai 16,2 miliar dolar AS atau lebih dari Rp240 triliun tersebut sebelumnya menjadi rencana pembelian terbesar dalam industri fesyen mewah.
Kesepakatan yang diteken November 2019 itu memiliki batas waktu penutupan paling lambat 24 November 2020. Akan tetapi, Tiffany meminta untuk diperpanjang hingga 31 Desember.
Sementara pemerintah Prancis memerintahkan LVMH untuk menundanya hingga awal tahun depan karena sengketa perdagangan dengan AS terkait pajak barang-barang Prancis.
Dikutip dari CNBC, Kamis (10/9/2020), LVMH yang berpusat di Paris, Prancis mengatakan dalam sebuah pernyataan, bahwa pihaknya tidak dapat meneruskan akuisisi Tiffany. Perusahaan perlu waktu tambahan untuk mengetahui dampak dari potensi tarif AS terhadap barang-barang Prancis, yang membuat kesepakatan tidak dapat diselesaikan sebelum akhir tahun.
Atas pembatalan akuisisi tersebut, The Wall Street Journal melaporkan bahwa Tiffany mengajukan gugatan di Delaware, AS dengan mengatakan perintah dari pemerintah Prancis kepada LVMH tidak memiliki dasar hukum. Saham Tiffany sempat jatuh 10 persen pada awal perdagangan Rabu (9/9/2020). Saham Tiffany, yang memiliki nilai pasar 14,8 miliar Dolar AS telah turun hampir 9 persen tahun ini.
Selain itu, dampak pandemi Covid-19 juga ditengarai mempengaruhi rencana akuisisi tersebut. Karena hal itu, CEO LVMH Bernard Arnault tampaknya ingin mencari harga yang lebih rendah untuk dapat membeli Tiffany. Di lain hal, beberapa rencana akuisisi pada ritel lainnya juga ikut dibatalkan karena Covid-19.
Seperti pemilik mal terbesar di AS, Simon Property Group, yang mengakhiri kesepakatan untuk membeli pemilik mal kelas atas Taubman, yang berujung pada pengajuan gugatan oleh Taubman. Sementara perusahaan ekuitas swasta Sycamore juga mundur dari kesepakatannya untuk mengambil alih Victoria's Secret dari L Brands.