JAKARTA, iNews.id - Peneliti Ahli Muda Pusat Riset Kependudukan, Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Yanu Endar Prasetyo menilai ada perbedaan data Kementan tentang stok beras dan keadaan di lapangan dalam sepekan terakhir. Berdasarkan data, stok beras seharusnya surplus.
Namun, hal ini berbeda dengan kondisi di lapangan di mana harga beras melambung tinggi dalam beberapa waktu terakhir dipicu kelangkaan beras di beberapa tempat. Seharusnya, kata Yanu, sisa stok beras di akhir 2023 mencapai 33,73 juta ton.
"Data total produksi beras selama kurun waktu Januari-Desember 2023 adalah sebesar 30,83 juta ton. Ditambah total beras impor Bulog mencapai 2,9 juta ton, sehingga pada akhir tahun secara akumulatif jumlahnya mencapai 33,73 juta ton," ucap Yanu Yanu dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin (26/2/2024).
Lantas, apabila kebutuhan beras dalam setahun sebesar 30,84 juta ton, kata Yanu, ini berarti pada akhir tahun 2024 akan terjadi surplus 2,89 juta ton.
Yanu menjelaskan, tren kenaikan harga beras bermula pada tahun 2022. Kenaikan harga yang cukup signifikan terjadi pada periode September 2022, Februari 2023, dan Oktober 2023.