LONDON, iNews.id - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson meminta warganya untuk bekerja dari rumah (work from home/WFH) mulai Kamis hingga enam bulan ke depan karena kasus positif Covid-19 yang melonjak. Restoran, bar dan hotel juga akan diminta tutup lebih awal dari biasanya.
Pengumuman tersebut membuat Menteri Keuangan (Menkeu) Inggris Rishi Sunak mendapat desakan. Pelaku bisnis, serikat pekerja hingga partai oposisi meminta Sunak untuk memperpanjang bantuan subsidi upah bagi pekerja. Hal itu bertepatan dengan subsidi upah yang berjalan saat ini akan berakhir pada 31 Oktober nanti.
Pukulan terbesar mungkin dirasakan oleh industri perhotelan, yang terpaksa tutup lebih awal pukul 10 malam mulai Kamis. Kebijakan pembatasan aktivitas baru itu dinilai akan membuat banyak pusat kota hampir kosong dari pengunjung. Pelaku usaha khawatir tidak dapat mengantisipasi hilangnya pekerjaan bagi karyawan dan lemahnya kemampuan menanggung kerugian.
“Banyak bisnis tidak akan bertahan dan kita akan melihat semakin banyak orang yang kehilangan pekerjaan, kecuali jika kami memiliki dukungan untuk mengimbangi pembatasan ini. Pemerintah harus segera mengumumkan paket dukungan keuangan yang lengkap, jika tidak sektor kita menghadapi kehancuran,” ujar CEO asosiasi perhotelan terkemuka Inggris UK Hospitality Kate Nicholls dikutip dari Bloomberg Rabu (23/9/2020).
Selain subsidi upah, Sunak juga menghadapi desakan untuk mengumumkan paket dukungan baru pada sektor-sektor terdampak. Sejauh ini, Kementerian Keuangan Inggris telah menghabiskan lebih dari 50 miliar pound (Rp945 triliun) untuk subsidi upah pekerja, dan lebih dari 57 miliar pound (Rp1.079 triliun) untuk kredit bisnis.
Sementara itu, Walikota London Sadiq Khan juga meminta pemerintah untuk menambah dukungan keuangan pada pelaku bisnis. “Kami harap pemerintah dapat lebih maju dengan dukungan keuangan untuk sektor ritel, perhotelan dan budaya di samping perluasan pada skema bantuan upah," kata Khan.