LONDON, iNews.id - Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson mengatakan Inggris akan menjanjikan 571 juta pound sterling (Rp10,8 triliun) untuk memastikan vaksin Covid-19 dapat didistribusikan ke negara-negara termiskin di dunia. Johnson mengumumkan langkah tersebut dalam pidatonya kepada Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Sabtu.
Anggaran yang dijanjikan akan digunakan untuk mendanai fasilitas akses global vaksin Covid-19 (COVAX) yang dipelopori oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), untuk mengembangkan, memproduksi dan mendistribusikan vaksin virus corona secara merata ke seluruh dunia.
"Setelah sembilan bulan memerangi Covid-19, gagasan kita sebagai komunitas internasional dalam upaya melawan pandemi ini, terus terang, terlihat sangat compang-camping. Dan kita tahu bahwa kita tidak bisa melanjutkan dengan cara masing-masing, kecuali jika kita bertindak bersama," ujar Johnson dalam pidatonya, dikutip dari Business Insider pada Minggu (27/9/2020).
Sementara itu, Amerika Serikat (AS) dan China memilih untuk tidak berpartisipasi dalam memfasilitasi COVAX. Rencana awal proyek tersebut akan mengumpulkan dana dari negara-negara anggota terkaya, kemudian digunakan untuk memberi akses dosis vaksin ke semua negara dengan jumlah yang cukup untuk 20 persen populasi penduduknya.
Johnson juga mengatakan, akan meningkatkan pendanaan ke WHO sebesar 30 persen atau 340 juta pound sterling (Rp6,4 triliun) selama empat tahun ke depan. "Di sini, di Inggris, tempat kelahiran Edward Jenner yang memelopori vaksin pertama di dunia, kami bertekad untuk melakukan segala daya kami untuk bekerja sama dengan PBB, untuk menyembuhkan dunia," kata dia.
Dalam upaya melawan pandemi, Johnson baru-baru ini memerintahkan agar restoran dan toko-toko di Inggris untuk tutup dan orang-orang bekerja dari rumah selama enam bulan ke depan. Kebijakan itu diambil setelah Inggris mencatat ribuan kasus baru di beberapa bagian negara. Sebuah studi pada September menemukan, infeksi virus corona meningkat dua kali lipat setiap minggu dari orang yang kembali bekerja dan meningkatkan interaksi sosial di Inggris.