JAKARTA, iNews.id - Aksi mogok anak buah kapal (ABK) pemandu di Pelabuhan Tanjung Priok bisa menambah panjangnya dwelling time yang berakibat tingginya biaya logistik di Indonesia. Pasalnya kapal-kapal tersebut bertugas untuk memandu kapal kapal keluar masuk ke pelabuhan Tanjung Priok dan pelabuhan lainnya.
“Padahal ekonomi kita saat ini lagi slow down dan dwelling time menjadi perhatian Pak Joko Widodo untuk efisiensi biaya logistik yang selama ini dikeluhkan pengusaha,” kata Ketua Umum FSP BUMN Bersatu Arief Poyuono di Jakarta, Senin (15/7/2019).
Menurut dia, jika aksi mogok pekerja pemandu kapal terus terjadi, maka arus barang ekspor-impor juga akan terganggu. Hal ini akan berdampak pada berkurangnya pemasukan negara.
“Saat ini saja diperkirakan sudah menyebabkan kerugian hingga Rp3,6 triliun akibat pemogokan tersebut. Hal ini harus bisa diselesaikan dengan cepat oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai Pemegang saham PT Jasa Armada Indonesia Tbk (JAI),” katanya.
Dia menduga ada ketidakberesan di JAI terkait pemindahan pekerja pemandu kapal ke pihak swasta dan vendor. Untuk itu, pemerintah harus mengintervensi persoalan tersebut sehingga masalah mogok ini bisa diselesaikan secara cepat.
Sebagai informasi, kegiatan pelayanan pemanduan di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta mengalami gangguan operasional. Penyebabnya adalah, pelayanan kepelabuhan di Terminal Tanjung Priok yang dikelola oleh JAI tersebut terhenti oleh aksi setop operasi oleh seluruh kru kapal mulai dari Anak Buah Kapal (ABK) hingga nahkoda kapal pandu di terminal tersebut pada hari Rabu (10/7/2019) di Kantor Kepanduan Pelabuhan Tanjung Priok.