BUENOS AIRES, iNews.id - Ekonomi Argentina mengalami pukulan hebat akibat lockdown secara nasional sejak akhir Maret lalu untuk menangani Covid-19. Pada kuartal II 2020, ekonomi negara tersebut minus 19,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Angka itu menyusul kontraksi Produk Domestik Bruto (PDB) minus 5,2 persen di kuartal I tahun ini. Resesi Argentina sedang memasuki tahun ketiga sekarang, karena telah tercatat minus sejak kuartal II 2018. Ekonomi Negeri Tango itu minus dalam hampir sembilan kuartal beruntun, dengan pertumbuhan positif hanya pada kuartal II 2019.
Melansir Reuters, Rabu (23/9/2020), sektor Jasa, konstruksi dan manufaktur paling terpukul akibat kebijakan lockdown panjang. Sementara sektor ekspor pertanian yang paling penting tidak terlalu terpengaruh. Investasi turun hampir 40 persen dari tahun sebelumnya, dengan tingkat pengangguran mencapai dua digit dan inflasi lebih dari 40 persen.
“Pembatasan aktivitas akibat isolasi yang ketat yang diberlakukan dari paruh kedua Maret dan yang berlangsung hingga Agustus telah menelan biaya ekonomi yang signifikan bagi seluruh negeri,” ujar ekonom dari Libertad y Progreso Natalia Motyl.
Penyusutan ekonomi akibat Covid-19 menjadi yang paling dalam, dibandingkan kontraksi 16,3 persen selama krisis besar Argentina 2002. Negara produsen biji-bijian utama itu baru saja bangkit dari default pada utang luar negerinya, dengan investor lagi-lagi semakin khawatir tentang prospek pemulihan ekonominya dan berkurangnya cadangan mata uang asing.
Presiden Argentina Alberto Fernandez mengatakan akan membayar kembali hutang pemerintahannya kepada Dana Moneter Internasional (IMF) di bawah persyaratan baru, tetapi tidak akan menyetujui ketentuan yang membahayakan pemulihan ekonominya. Pihaknya berencana membayar sekitar 44 miliar dolar AS yang merupakan hutang dari kesepakatan 2018 di bawah kendali presiden sebelumnya Mauricio Macri.