JAKARTA, iNews.id - Ekonomi Singapura masuk resesi setelah mencatatkan pertumbuhan minus 41,2 persen pada kuartal II 2020. Kontraksi ekonomi yang cukup besar itu seiring dampak pandemi virus corona (Covid-19).
Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Piter Abdullah tidak melihat dampak besar dari resesi Singapura di tengah pandemi Covid-19. Dia mengakui, Singapura memang mempunyai posisi yang sangat dekat dengan perekonomian Indonesia, baik dari sisi perdagangan maupun investasi.
"Tapi kalau kita lihat, Indonesia ini semuanya sudah menurun pada saat wabah Covid-19 berlangsung, tepatnya sejak triwulan kedua dari bulan Maret," ujar dia dalam acara webinar DBS Asian Insights Conference 2020, Kamis (16/7/2020).
Bahkan, lanjut dia, pada awal tahun, ekspor Indonesia sudah turun, lalu Penanaman Modal Asing (PMA) juga merosot. Artinya, meski Singapura mencatatkan perekonomian yang negatif, ekonomi Indonesia sudah sudah merosot sejak awal tahun.
"Akan tetapi proses penurunan itu sudah terjadi sehingga apa yang sekarang ini sudah terefleksikan dalam bentuk resesi yang ada di Singapura. Kalau menurut saya tidak lagi berdampak besar karena sudah terjadi penurunan itu," tutur dia.
Departemen Perdagangan dan Industri Singapura sebelumnya menyatakan, produk domestik bruto (PDB) Singapura sebagian besar dihitung dari data April dan Mei. Akibatnya, ekonom memprediksi ekonomi negara di Asia Tenggara akan minus 37,4 persen.
Resesi didefinisikan jika pertumbuhan dua kuartal berturut-turut mengalami minus. Tercatat, pada kuartal I 2020, ekonomi Singapura minus 3,3 persen. Dengan demikian, Singapura masuk ke jurang resesi.