JAKARTA, iNews.id - Daya tahan perekonomian Indonesia dinilai masih cukup kuat terhadap potensi resesi. Hal ini terlihat dari ekonomi negara-negara yang sudah masuk jurang resesi.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, ekonomi Indonesia pada kuartal II 2020 minus 5,32 persen. Sementara itu, kondisi negara lain ekonominya terkontraksi sangat dalam.
"Kalau dilihat daya tahan, kontraksi kita tidak sedalam negara lain, masih cukup resilience dibanding negara lain. Karena kalau kita lihat Malaysia, Spanyol kontraksinya ekonominya cukup dalam. Jadi daya tahan ekonomi Indonesia tetap terjaga walaupun Covid-19 masih ada," kata Sri Mulyani dalam video virtual, Jumat (28/8/2020).
Dia menjelaskan, pemerintah terus memberikan bantuan sosial (bansos) dalam rangka pemulihan ekonomi nasional (PEN). Program ini menyasar banyak klaster mulai dari kesehatan, perlindungan sosial, bantuan dunia usaha hingga pemerintah daerah (pemda).
"Kita juga merealokasi anggaran di Kementerian untuk kita fokuskan untuk kesehatan," ucapnya.
Dia menyebutkan, pemerintah sudah menyasar 29 juta masyarakat atau 40 persen kelompok miskin melalui berbagai program bansos. Tujuannya agar daya beli kelompok ini tetap terjaga dan berdampak pada perekonomian nasional.
"Jadi kalau dari resources APBN 2020, sudah banyak untuk dorong konsumsi dan investasi, instrumen kita gunakan semua, dari insentif pajak, belanja tambahan, sampai penempatan dana. Kita berharap daya tahan Indonesia cukup tetap terjaga," ujarnya.