JAKARTA, iNews.id - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat nilai restrukturisasi kredit terus menurun hingga akhir 2021. Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso menyebut, hingga November 2021 nilai restrukturisasi kredit perbankan mencapai Rp693,3 triliun.
"Tentunya jumlah ini turun jauh di bawah level tertinggi pada 2020 sebesar Rp830,5 triliun," ujar Wimboh dalam acara Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) 2022 dan Peluncuran Taksonomi Hijau Indonesia, Kamis (20/1/2022).
Wimboh menambahkan, angka tersebut terdiri dari restrukturisasi kredit di sektor UMKM dengan nilai Rp264,8 triliun yang diberikan kepada 3,07 juta debitur. Untuk non UMKM, nilainya Rp428,8 triliun yang diberikan kepada 1,15 juta debitur.
Menurutnya, seiring dengan menurunnya angka restrukturisasi kredit, dirinya mewanti-wanti perbankan untuk meningkatkan pencadangan.
"Kami selalu minta kepada sektor keuangan perbankan untuk bentuk pencadangan. Terakhir, pencadangan perbankan sudah mencapai 14,85 persen atau senilai Rp103 triliun. Ini akan terus kami minta untuk lebih cepat (dinaikkan)," kata dia.
Sementara itu, indikator perbankan yang lain menunjukkan pertumbuhan positif. Kredit perbankan tercatat tumbuh 5,2 persen yoy dengan Non Performing Loan (NPL) terkendali di 3 persen.
Modal perbankan juga jauh di atas threshold dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) dilevel 25,67 persen, didukung pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat akhir taun lalu 12,21 persen yoy.