ANKARA, iNews.id - Sebanyak 30.000 warga Suriah yang sudah diberi kewarganegaraan Turki akan memilih dalam pemilihan presiden dan parlemen yang digelar Minggu (24/6). Hal itu diungkapkan oleh Perdana Menteri Binali Yildirim, seperti dilaporkan NTV, Selasa (19/6/2018).
Pemerintahan Presiden Recep Tayyip Erdogan memberikan kewarganegaraan kepada ribuan pengungsi yang melarikan diri dari konflik di Suriah. Turki menampung sekitar 3,5 juta pengungsi Suriah.
Turki akan menggelar pemilu presiden dan parlemen pada 24 Juni. Sang petahana, Presiden Recep Tayyip Erdogan, diperkirakan menang mudah setelah berhasil mengalahkan tokoh oposisi berpengaruh, termasuk Fethullah Gulen, yang kini hidup di pengasingan di Amerika Serikat.
Selain Gullen, penantang Erdogan lainnya yaitu Muharrem Ince. Ince merupakan anggota parlemen Turki sejak 2002 dan dikenal sebagai salah satu pengkritik keras Erdogan.
Melalui Partai AK, Erdogan berjuang keras memenangi pemilihan umum yang akan datang. Kemenangan ini akan memudahkannya membuat perubahan di pemerintahan agar menganunt sistem presidensial seperti Amerika Serikat atau Prancis, yang memberi peran kuat kepada presiden sebagai pemimpin negara.
Keputusan Erdogan untuk menggelar pemilu pada 24 Juni terbilang mengejutkan. Sebab, salah satu ketua partai opisisi Turki, yaitu Ketua Partai Nasional Devlet Bahceli, mendesak agar pemilu diadakan pada 26 Agustus.
Namun, Erdogan berargumen pemilu dini ini akan menandai transisi sistem politik Turki dari parlementer menuju presidensial. Sesuai dengan hasil referendum konstitusi di 2017, sistem Pemerintahan Turki akan berubah di mana kepala negara dan kepala pemerintahan akan dijabat oleh presiden setelah pemilu.