DAMASKUS, iNews.id - Sekitar 40 truk tak bisa mengantar bantuan kemanusiaan ke Ghouta Timur, Suriah, lantaran pasukan pemerintah masih menyerang wilayah tersebut.
Wakil Sekjen PBB untuk urusan kemanusiaan, Mark Lowcock, mengatakan, hingga saat ini belum ada perubahan situasi di Ghouta Timur, meskipun gencatan senjata disepakati pada Sabtu 24 Februari.
"Kapan resolusi Anda akan dilaksanakan?" kata Lowcock, seraya menatap tajam anggota Dewan Keamanan (DK) PBB, seperti diberitakan AFP, Kamis (1/3/30218).
Lowcock mengatakan, truk-truk yang membawa bantuan kemanusiaan telah siap berangkat ke 10 daerah yang terkepung, termasuk ke Douma, kota kantong wilayah pemberontak.
Meskipun resolusi DK PBB sudah diketuk palu, konvoi truk bantuan kemanusiaan tetap tak bisa mengakses daerah konflik. Pengeboman masih berlanjut dan korban tewas serta luka terus bertambah.
Demikian diungkapkan Lawcock dalam pertemuan bulanan PBB membahas konflik Suriah.
Dalam pertemuan itu, Perwakilan Amerika Serikat (AS), Kelley Currie, menuduh rezim Suriah melanggar gencatan senjata. Sementara Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, menuduh para pemberontak di Ghouta yang melanggar.
Wakil Duta Besar Swedia untuk PBB, Carl Skau, menuntut akses langsung untuk bantuan kemanusiaan.
"Tidak ada waktu untuk mengalah," ujar Skau.
Sebelum pertemuan dimulai, Duta Besar Prancis untuk PBB, Francois Delattre, mengingatkan kepada forum, pemberontak di Ghouta siap melakukan gencatan senjata. Namun Suriah tidak menjunjukkan tanda-tanda siap untuk melakukan hal yang sama.
Wakil Sekjen PBB untuk urusan politik, Jeffrey Feltman, mengungkapkan rasa frustrasinya atas kelambanan DK PBB.
"Yang kami butuhkan adalah implementasi (resolusi) 2401 dan itu tidak terjadi," kata Feltman.
Rabu 28 Februari dini hari, pasukan pemerintah Suriah kembali mengebom beberapa kantong pemberontak. Sejak pertempuran pecah pada 18 Februari, sekitar 600 warga sipil tewas.
Lembaga Pemantau HAM untuk Suriah menyebut, seperempat dari korban tewas merupakan anak-anak.