BEIJING, iNews.id - Insiden pesawat Air China dalam penerbangan dari Hong Kong menuju Kota Dalian, Selasa (10/7/2018), disebabkan asisten pilot merokok di kokpit. Pilot pesawat Boeing 737 itu menurunkan ketinggian secara drastis yakni 6.500 meter, menjadi 3.484 meter.
Pilot menurunkan ketinggian sebagai langkah darurat karena berkurangnya level oksigen di kabin. Setelah kondisi membaik, pesawat dinaikkan kembali ke ketinggian nornal untuk menuju tujuan. Jika hal itu tidak dilakukan, pesawat bisa celaka.
Masker oksigen di kabin pun keluar membuat para penumpang panik. Foto-foto kondisi kabin menyebar di media sosial sehingga menjadi viral.
"Penyelidikan awal, asisten pilot kedapatan mengisap rokok elektrik," demikian pernyataan Badan Penerbangan Sipil China (CAAC), seperti dilaporkan Reuters, Jumat (13/7/2018).
"Asap menyebar di kabin penumpang dan komponen AC terkait dimatikan dengan cara salah, tanpa memberi tahu kapten, sehingga memicu berkurangnya oksigen," bunyi pernyataan.
Petugas CAAC menyelidiki kasus ini berdasarkan data yang dirangkum dari rekam data penerbangan dan rekaman suara di kokpit.
Sementara itu seorang penumpang mengatakan, mereka diminta memasang sabuk keselamatan karena pesawat akan turun secara drastis. Jika pesawat kehilangan tekanan kabin, pilot memang harus menurunkan ketinggian agar kru dan penumpang selamat.
"Pesawat-pesawat ini terbang di ketinggian selevel Gunung Everest yang disebut dengan zona kematian karena berkurangnya oksigen. Pilot harus benar-benar menurunkan ketinggian. Jika tidak, kru dan penumpang bisa pingsan," kata seorang ahli penerbangan, Greg Waldron, dikutip dari BBC.