DAMASKUS, iNews.id – Tim inspeksi senjata kimia dari Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) dilarang masuk ke Kota Douma, oleh pasukan Suriah an Rusia. Kota di Ghouta Timur itu diduga kuat menjadi sasaran senjata kimia rezim Bashar Al Assad untuk mengusir kelompok bersenjata Jaish Al Islam. Tapi yang menjadi korban adalam masyarkat sipil, kebanyakan perempuan dan anak-anak.
Mereka merupakan para ahli yang menyelidiki dugaan adanya penggunaan senjata kimia dalam serangan yang dilakukan pasukan Suriah terhadap kelompok bersenjata di kota tersebut pada 7 April 2018.
Tim dari organisasi yang berbasis di Den Haag, Belanda, ini sudah berada di Suriah sejak Sabtu pekan lalu untuk memulai penyelidikan, namun tak banyak yang bisa dilakukan karena adanya hambatan. Hal ini memunculkan kecurigaan adanya perusakan barang bukti ataas penggunaan senjata kimia.
Rusia yang kini memegang kontrol keamanan di Douma, sebagaimana dikutip dari BBC, Selasa (17/4/2018), menyatakan, tim inspeksi baru diperbolehkan masuk pada Rabu 18 April.
Tak ada keterangan atau alasan mengapa tim inspeksi tak diberikan akses langsung ke Douma, padahal Suriah sebelumnya berjanji siap bekerja sama dengan OPCW. Selain itu Menlu Rusia Sergei Lavrov mengatakan pihaknya tidak akan mencampuri pemeriksaan oleh tim peyelidik.
Dugaan serangan menggunakan senjata kimia inilah yang memicu serangan Amerika Serikat serta Inggris dan Prancis ke Suriah pada Sabtu 14 April. Serangan mengincar fasilitas-fasilitas yang terkait dengan persenjataan kimia Suriah, seperti pusat penelitian dan gudang.
Suriah dan Rusia membantah penggunaan senjata kimia, namun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menerima laporan sekitar 500 pasien datang ke rumah sakit dan klinik-klinik mengeluhkan gejala keracunan zat kimia usai serangan pada 7 April lalu.