MANILA, iNews.id – Beberapa waktu lalu, Presiden Filipina Rodrigo Duterte menyatakan negaranya keluar dari keanggotaan Pengadilan Pidana Internasional (ICC). Kini Duterte mengajak negara lain untuk mengikuti langkahnya.
Pernyataan itu disampaikannya terakait perhatian dunia atas perang melawan narkoba yang digalakkannya sejak menjadi presiden pada 2016. Lebih dari 4.100 pelaku kejahatan narkoba tewas dalam operasi narkoba besar-besaran Duterte.
Hal ini memicu kecaman karena dianggap melanggar HAM.
Duterte mengecam pengadilan kejahatan perang 2 hari setelah pemerintahnya secara resmi memberi tahu kepada PBB mengenai sikapnya menarik Filipina keluar dari Statuta Roma.
“Saya menarik diri dan saya mengumumkan kepada dunia. Saya akan meyakinkan semua orang, sekarang siapa yang masih berada di dalam perjanjian ini, keluarlah, keluarlah. Itu (ICC) kasar,” kata Duterte, seperti dikutip dari AFP, Senin (19/3/2018).
Menurut dia, kesepakatan ICC tak dibuat untuk memenuhi kepentingan semua orang, melainkan atas inisiatif Uni Eropa.
“Ini bukan dokumen yang disiapkan oleh semua orang. Ini disponsori oleh Uni Eropa,” ujarnya.
Pada bulan lalu, pengadilan yang berkantor di Den Haag, Belanda, itu memulai pemeriksaan awal terkait dugaan kejahatan HAM dalam perang melawan narkoba Duterte.
Kemudian, pada Jumat pekan lalu, Filipina resmi memberi tahu PBB bahwa mereka keluar dari ICC. Alasannya, ICC justru bertentangan dengan usaha negara dalam memperjuangkan HAM.
Namun ICC mendesak Manila mempertimbangkan kembali keputusannya. Presiden dan para pejabat ICC menyesalkan tindakan tersebut.