MOSKOW, iNews.id - Wakil Ketua Dewan Keamanan yang juga mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev mengancam akan menggunakan senjata nuklir jika kalah perang di Ukraina. Ancaman itu disampaikan kepada NATO yang terus mendukung Ukraina dengan persenjataan.
"Kekalahan kekuatan nuklir dalam perang konvensional bisa memicu perang nuklir," kata Medvedev, dalam pernyataannya di Telegram, Kamis (19/1/2023), seperti dikutip dari Reuters.
Dia menegaskan negara kekuatan nuklir tidak pernah kalah dalam perang besar.
Pria yang menjabat presiden Rusia periode 2008-2012 itu memperingatkan, pertemuan NATO dengan para menteri pertahanan di Jerman pada Jumat mendatang harus memikirkan risiko dari kebijakan yang mereka hasilkan. Pertemuan itu membahas strategi dan dukungan untuk mengalahkan Rusia dalam perang di Ukraina.
Rusia dan Amerika Serikat (AS) merupakan kekuatan nuklir terbesar, keduanya memiliki sekitar 90 persen hulu ledak nuklir dunia. Data Federasi Ilmuwan Amerika mengungkap, Rusia memiliki 5.977 hulu ledak nuklir sementara AS 5.428. Disusul kemudian China dengan 350 hulu ledak, Prancis 290, dan Inggris 225.
Sementara NATO memiliki keunggulan senjata konvensional dibandingkan Rusia.
Pejabat Rusia berkali-kali menegaskan tak akan menggunakan senjata nuklir taktis di Ukraina. Perang Ukraina belum memenuhi syarat untuk pengerahan nuklir karena belum sampai mengancam wilayah kedaulatan.