KIEV, iNews.id - Wartawan Rusia yang sebelumnya dilaporkan tewas dibunuh di Kiev, Ukraina, namun ternyata masih hidup, Arkady Babchenko, mengaku mendapat ancaman pembunuhan dari Rusia. Saat muncul ke publik setelah berita kematiannya yang menggemparkan, Babchenko mengaku menjadi target pembunuh bayaran.
Dinas Keamanan Ukraina, SBU, mengaku menerima informasi tentang sebuah plot untuk membunuh 30 orang di Ukraina, termasuk Babchenko. SBU mengklaim berhasil menggagalkan rencana tersebut.
SBU menolak menyebut siapa 29 orang lain, namun pihaknya menyatakan menahan seorang warga Ukraina yang direkrut oleh Rusia untuk mencari seseorang yang mau membunuh Babchenko. Pria itu diberi imbalan Rp550 juta untuk mengatur pembunuhan, Rp412 juta untuk sang pembunuh, serta Rp137 juta untuk menjadi perantara.
Orang yang ditahan itu diperintahkan untuk membeli senjata, termasuk 300 pucuk Kalashnikov, peluncur granat, dan bahan peledak yang akan disimpan di pusat Ukraina. Sebuah tayangan video sempat memperlihatkan pria itu kepada wartawan saat konferensi pers berlangsung.
"Kami tidak hanya berhasil memecahkan provokasi ini, namun juga mendokumentasikan persiapan kejahatan yang memalukan yang dilakukan oleh agen khusus Rusia," kata Kepala SBU, Vasyl Hrytsak, seperti dilaporkan Reuters, Kamis (31/5/2018).
Jaksa Penuntut Umum Yuriy Lutsenko, yang muncul bersama Babchenko, mengatakan, perlu untuk memalsukan kematian Babchenko sehingga orang yang berencana membunuhnya akan percaya bahwa mereka berhasil.
Berita Babchenko masih hidup memicu pujian atas tugas dinas keamanan Ukraina, termasuk dari Presiden Petro Poroshenko.
Babchenko dikenal sebagai jurnalis yang vokal terhadap kebijakan Rusia. Pria asli Rusia itu mengaku pernah diancam terkait pemberitaan soal perang. Dia merupakan mantan tentara dalam perang Chechnya dan salah satu jurnalis perang Rusia paling terkenal.
Pada 2017, Babchenko meninggalkan Rusia karena khawatir akan keselamatannya usai mengkritik kebijakan perang Rusia di Ukraina dan Suriah.