TOKYO, iNews.id - Semenanjung Noto di Prefektur Ishikawa, Jepang, telah mencatat 1.214 gempa susulan dalam seminggu pascagempa bumi dahsyat yang mengguncang wilayah tersebut pada Hari Tahun Baru. Kekuatan gempa tersebut bervariasi dengan level paling rendah 1 pada skala intensitas seismik tujuh poin yang diterapkan negara itu.
Lembaga penyiaran NHK pada Senin (8/1/2024) melaporkan, Badan Meteorologi Jepang (JMA) memperingatkan bahwa gempa kuat diperkirakan akan terjadi seminggu setelah gempa.
Hingga saat ini, skala kerusakan akibat gempa berkekuatan magnitudo 7,6 yang melanda Jepang Tengah pada Senin (1/1/2024) pekan lalu masih belum jelas, terutama di kota Wajima dan Suzu. Pasalnya, tim penyelamat tidak dapat menjangkau beberapa daerah karena rusaknya jalan dan prasarana komunikasi.
Situasi ini semakin diperburuk oleh salju dan suhu dingin 0 hingga 4 derajat Celsius karena ribuan rumah tangga terputus akses listrik dan airnya. Salju setinggi 12 dan 9 sentimeter masing-masing turun di Suzu dan Wajima, meningkatkan risiko runtuhnya bangunan di tengah aktivitas seismik. Hujan salju juga menunda upaya perbaikan jalan, yang sangat penting dalam menyalurkan bantuan ke daerah yang terkena gempa.
Pada 1 Januari, gempa bumi berkekuatan magnitudo 7,6, diikuti oleh serangkaian gempa susulan, terjadi di dekat Kota Suzu di Semenanjung Noto, Prefektur Ishikawa. Gempa pada waktu itu memicu tsunami di wilayah pesisir Jepang dan Korea. Guncangan tersebut juga menyebabkan bangunan-bangunan runtuh dan menyebabkan lebih dari 23.900 rumah tangga tanpa aliran listrik, meski tidak ada kerusakan pembangkit listrik tenaga nuklir yang tercatat. Gempa tersebut menjadi yang terkuat di wilayah Semenanjung Noto sejak pencatatan dimulai pada 1885.
Sedikitnya 161 orang tewas akibat bencana tersebut dan 103 orang masih belum ditemukan. Gempa bumi juga memaksa lebih dari 28.800 orang di Ishikawa mengungsi ke tempat penampungan yang disiapkan pemerintah. Sementara Pasukan Bela Diri Jepang mengerahkan 5.900 personel untuk membantu upaya penanggulangan bencana.