Napak Tilas Hubungan BJ Habibie dengan Jerman dan Dunia Penerbangan

Nathania Riris Michico
Presiden ketiga RI, BJ Habibie. (FOTO: Adrian Putra/bintang.com)

BERLIN, iNews.id - Presiden ketiga Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie, wafat di Jakarta pada Rabu (11/9/2019), dalam usia 83 tahun. Habibie meninggal dalam perawatan  di RSPAD Gatot Soebroto.

Kepergian Habibie tak hanya memberi duka bagi Indonesia, namun juga Jerman. Dia menyelesaikan gelar S3 dengan nilai rata-rata 10, di Rheinisc Westfälische Technische Hochschule (RWTH) Aachen, universitas teknik terbaik di Jerman.

Di lingkungan ahli aeronautic, aerospace, industri pesawat, dan ilmuwan internasional, Habibie dijuluki 'Mr Crack'. Julukan itu merupakan penghormatan para ahli atas temuannya yang dapat menghitung "crack propagation on random" sampai ke atom-atomnya, yang menjadi penyebab keretakan di badan, terutama sayap pesawat.

Temuan Habibie itu berawal dari jatuhnya pesawat Fokker 28 dan pesawat tempur Jerman, Starfighter F-104 G. Kasus itu menimbulkan kehebohan karena tak ada yang tahu penyebabnya.

Kala itu, Departemen Pertahanan Jerman menantang para ahli mencari penyebabnya. Namun, Habibie yang saat itu bekerja di perusahaan penerbangan Hamburger Flugzeugbau (HFB), Jerman, berhasil menemukan penyebabnya.

Dari situlah Teori Habibie, Faktor Habibie, dan Prediksi Habibie yang sangat populer lahir. Habibie menemukan teori itu pada 1965, saat usianya 28 tahun.

Temuan Habibie sangat bermanfaat bagi dunia penerbangan. Temuannya menjadi yang pertama di dunia penerbangan dan hingga kini masih digunakan industri pesawat terbang.

Prof Dr Ing B Lascka, ahli aerodinamika Jerman, dalam tulisannya menyebutkan, "crack propagation" temuan Habibie sangat penting dalam dunia penerbangan. Inilah sumbangan terbesar BJ Habibie dalam dunia dirgantara.

Berikut jejak hubungan dan kedekatan Habibie dengan Jerman, seperti diulas Deutche Welle (DW), Kamis (12/9/2019).

1. Hubungan erat dengan Jerman

BJ Habibie mendapat gelar Diplom Ingenieur (Insinyur) dari universitas teknik Jerman RWTH Aachen pada 1960. Pada 1965, dia mempertahankan disertasi di bidang teknik dirgantara, dan mendapat gelar Dr.-Ing, yaitu doktor di bidang teknik.

Hingga usia lanjut, BJ Habibie tetap berhubungan erat dengan Jerman.

Foto: Habibie di Münster bersama Dubes Indonesia ketika itu (2016), Fauzi Bowo (paling kanan). (FOTO: DW/ A. Purwaningsih)

Editor : Nathania Riris Michico
Artikel Terkait
Nasional
21 hari lalu

Wapres Gibran Bertemu Wakil Kanselir Jerman di Sela KTT G20, Bahas Penguatan Kerja Sama

Internasional
3 bulan lalu

Ngerinya Sanksi Snapback PBB, Iran Terancam Isolasi Global

Internasional
3 bulan lalu

Mengenal Snapback, Pemberlakuan Kembali Sanksi PBB terhadap Iran

Internasional
3 bulan lalu

Tak Takut Sanksi PBB, Iran: Kami Tak Bisa Ditekan

Berita Terkini
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
Network Updates
News updates from 99+ regions
Personalize Your News
Get your customized local news