JENEWA, iNews.id – Kuping kepala badan HAM PBB, Zeid Ra'ad Al Hussein, dibuat merah dengan pernyataan Presiden Filipina Rodrigo Duterte yang menyebut penyelidik PBB sebagai teroris. PBB mengkritik kebijakan Duterte yang dinilai melanggar HAM, seperti perang terhadap pelaku kejahatan narkoba.
Namun Duterte menutup diri dari penyelidikan. Dia tak mengizinkan penyelidik PBB menyelidiki kasus dugaan pelanggaran HAM terkait pemberantasan narkoba dan lainnya.
Zeid pun membalas, saat ditemui wartawan di Jenewa, Swiss, Jumat (9/3/2018), “Ini membuat keyakinan bahwa Presiden Filipina harus mendaftarkan diri untuk diperiksa kejiwaannya.”
Dia menegaskan, perkataan Duterte itu sama sekali tidak berdasar.
“Komentar semacam ini tidak bisa diterima, tidak bisa diterima,” ujarnya.
Selain penyelidik HAM PBB, Duterte juga menyebut pihak lain yakni seorang mantan anggota parlemen Filipina dan mantan pendeta Katolik, sebagai teroris.
Sejak Duterte menjabat sebagai presiden pada 2016, 4.100 orang tersangka kasus kejahatan narkoba tewas. Namun kelompok HAM menyebut jumlah itu masih jauh dari perkiraan yakni mencapai 8.000.
Penyelidik PBB untuk pembunuhan ekstra-yudisial, Agnes Callamard, menjadi sasaran Duterte karena kritikannya atas operasi pembasmian pelaku kejahatan narkoba.
Dalam sebuah pertukaran dengan utusan Manila di Kantor Dewan HAM PBB, kemarin, merujuk pada laporan media November 2017, Zeid menyebut bahwa Duterte pernah akan menampar Callamard serta menggunakan kata-kata kotor.
"Serangan ini tidak bisa terjawab," Zeid mengatakan kepada wartawan pada hari Jumat.