ANKARA, iNews.id - Tak lama setelah resmi dilantik untuk melanjutkan jabatan sebagai presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan menunjuk menantunya menjadi menteri keuangan yang baru. Penunjukan Berat Albayrak, yang sebelumnya menjabat menteri energi pada 2015, mendapat tanggapan dari pasar keuangan.
Nilai mata uang Turki, Lira, merosot sebanyak 2 persen setelah Erdogan mengumumkan penunjukan Albayrak.
Dalam pidatonya seusai dilantik di parlemen, Senin (9/7/2018), Erdogan mengatakan kepada para tamu di Istana Kepresidenan bahwa dirinya akan menciptakan awal yang baru.
"Kami meninggalkan sistem yang di masa lalu yang membuat negara kami harus membayar harga mahal dalam bentuk kekacauan politik dan ekonomi," ujar dia, seperti dilaporkan BBC, Selasa (10/7/2018).
Kemenangan Erdogan dalam pemilu yang digelar Juni itu bukan sekadar melanjutkan jabatan presiden selama lima tahun, namun juga menandai transisi Turki dari sistem parlementer ke sistem presidensial.
Mulai Juli, Erdogan berwenang menunjuk menteri dan wakil presiden. Dia juga berhak campur tangan dalam sistem hukum.
Selain menunjuk menantunya untuk menduduki posisi menteri keuangan, Erdogan memilih panglima militer Jenderal Hulusi Akar sebagai menteri pertahanan. Adapun Mevlut Cavusoglu dipertahankan sebagai menteri luar negeri.
Kalangan oposisi dan pengritik Erdogan menilai kewenangan baru yang dimiliki pria tersebut akan menghancurkan demokrasi di Turki.
Pada Minggu (8/7), Pemerintah Turki memecat lebih dari 18.000 anggota tentara, polisi, akademisi, serta pegawai negeri. Keterangan resmi pemerintah Turki menyebut, 18.632 orang telah dipecat, termasuk 8.998 anggota polisi serta 6.152 personil militer, seperti dilaporkan kantor berita AFP.
Selain itu, ada 199 akademisi yang dipecat dari berbagai universitas di seluruh negara itu.
Langkah pembersihan ini merupakan yang terbaru setelah upaya kudeta militer yang gagal dua tahun silam.
Sejak Senin (9/7), Turki berubah menjadi republik presidensial di bawah kepemimpinan Recep Tayyip Erdogan. Berkat kemenangannya dalam pemilu, Erdogan kini menjadi kepala eksekutif yang mengendalikan militer, badan intelijen, mampu mengeluarkan dekrit, serta memilih hakim-hakim senior.
Bagi para pendukungnya, sistem politik baru ini lebih kuat. Sedangkan bagi pengritiknya, kekuasaan Erdogan terlampau besar dan menyebabkan demokrasi di Turki mati.
Erdogan kini merupakan pemimpin terkuat Turki sejak era Mustafa Kemal Ataturk, bapak pendiri negara Turki yang sekuler dan menghendaki Turki menjadi bagian dari kekuatan Barat.
Akan tetapi, berbeda dengan Ataturk, Presiden Erdogan menempatkan agama pada jantung Turki dan justru menjauhkan Turki dari Barat.
Hanya segelintir pemimpin Barat yang menghadiri pelantikannya, seperti dari Hungaria dan Bulgaria. Sebagian besar dari Afrika dan Timur Tengah, yang menjadi pertanda arah politik luar negerinya.
Erdogan merupakan pencipta kutub dan pandangan publik terhadap dirinya terpecah belah. Bagi sebagian kalangan, pelantikan dirinya adalah lambang lahirnya Turki yang baru. Sementara yang lain menilai republik yang didirikan Ataturk telah dilucuti.