SYDNEY, iNews.id - Seorang penumpang Qantas Airlines mengalami luka bakar akibat tersiram air panas saat penerbangan. Perempuan itu menuduh maskapai nasional Australia itu gagal membantu dan membayar biaya pengobatannya.
Karina, yang enggan menyebutkan nama lengkapnya, sedang dalam perjalanan dari Perth, Australia Barat, menuju Gold Coast, Queensland. Dia dalam perjalanan dinas untuk menghadiri event Commonwealth Games saat insiden terjadi.
Akibat peristiwa itu, dia mengalami luka bakar cukup serius.
Kepada ABC Radio Perth, Karina mengatakan seorang pramugari sedang memberinya secangkir teh dan tanpa sengaja menumpahkan air mendidih ke kakinya dalam penerbangan QF860.
"Saya meminta secangkir teh dan dia menyerahkannya kepada saya dan teh panas itu tumpah ke pangkuan saya. Saya sangat terkejut dan kesakitan sekali," ujar Karina, seperti dilaporkan Australia Plus ABC, Rabu (15/4/2018).
"Saya berdiri dan berusaha mengeringkannya, tapi dia (pramugari) sudah berjalan ke barisan penumpang berikutnya dan saya tidak mendapat bantuan medis, tidak ada bantuan selama penerbangan tersebut," ujar dia.
Karina kemudian melapor dirinya mengalami luka bakar ke pihak pramugari Qantas. Namun dia kecewa atas respon yang diterimanya.
"Dia (pramugari) hanya bilang 'oh', dan hanya itu yang dia katakan. Saya terus berusaha memberitahu pramugari apa yang terjadi, tetapi sekali lagi mereka tidak melakukan apa pun (untuk membantu saya) dalam penerbangan itu. Pada saat saya turun dari pesawat kulit saya sudah mulai melepuh," beber Karina.
Dia langsung pergi ke rumah sakit dan perawat menyebut jika Karina segera menerima perawatan medis, luka tersebut tidak akan menjadi parah.
Jika bukan karena penanganan para dokter di rumah sakit, Karina mengaku hampir kehilangan kontrak kerja di acara Commonwealth Games karena dianggap tak layak bekerja.
Dia mengirim surat keterangan rumah sakit yang membenarkan dirinya menderita luka bakar tingkat dua kepada Qantas, namun pihak maskapai itu menyebut perawatan yang dilakukan Karina selama penerbangan yang membuat luka itu semakin parah.
"Tidak ada permintaan maaf, tidak ada tanggapan simpatik seperti, 'apakah Anda baik-baik saja, bisakah saya membantu dengan cara apa pun atau dapatkah kami meminta seseorang untuk melihatnya untuk Anda?' Tidak ada tanggapan yang seperti itu. Tidak ada yang mendatangi saya selama penerbangan atau ketika saya hendak meninggalkan pesawat tidak ada yang mengatakan 'dapatkah kami mendapatkan laporan terkait insiden ini," ujar dia, menjelaskan.
Butuh 11 hari bagi Qantas mengakui keluhan yang diajukan Karina secara online. Setelah mengirim sejumlah dokumen dan foto-foto lukanya ke pihak maskapai, Karina tetap merasa tidak puas atas tanggapan pihak Qantas.
Selain menginginkan permintaan maaf, dia juga ingin pihak Qantas membayar biaya pengobatannya sebesar Rp4,2 juta.
"Qantas benar-benar perlu memperbarui prosedur penerbangannya dan apa yang mereka lakukan di pesawat, sehingga hal seperti ini tidak terjadi lagi. Luka itu sangat sakit dan hampir membuat saya kehilangan pekerjaan saya yang merupakan hal yang jauh lebih mengkhawatirkan selama kejadian ini berlangsung,” kata Karina, menambahkan.
Saat ini pihak Qantas masih menyelidiki insiden itu.