WASHINGTON, iNews.id - Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberhentikan Menteri Luar Negeri Rex Tillerson dan menggantikannya dengan Direktur CIA Mike Pompeo. Trump blak-blakan soal alasan memberhentikan diplomat nomor 1 AS itu.
Dia mengaku banyak perbedaan pandangan dengan Tillerson soal kebijakan luar negeri AS. Salah satu yang disampaikan adalah soal program nuklir Iran.
Seperti diketahui, Trump ingin AS keluar dari kesepakatan nuklir Iran yang ditandatangani pada 2014. Saat itu AS dipimpin Barack Obama.
“Jika Anda melihat kesepakatan nuklir Iran, saya pikir ini menakutkan. Tapi dia (Tillerson) menganggap tidak apa-apa. Saya ingin memecahkannya atau melakukan hal lain, tapi dia punya pikiran yang sedikit berbeda. Jadi kami sudah tidak sependapat lagi,” kata Trump, dikutip dari AFP, Rabu (14/3/2018).
Pada 12 Mei, atau 2 bulan lagi, AS akan menyampaikan sikap soal kesepakatan nuklir Iran. Pemecatan Tillerson merupakan pertanda arah kebijakan Trump yang ingin berlepas dari kesepakatan nuklir bernama Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) itu.
Kebijakan ini tentu punya dampak besar bagi diplomasi AS, karena kesepakatan nuklir ini juga diteken lima negara lain. Selain AS, JCPOA juga disepakati oleh Inggris, China, Prancis, Rusia, dan Jerman.
Namun Trump yakin sikapnya itu akan didukung negara lain.
“Kami bekerja sama dengan sekutu dan partner untuk menentang rencana Iran membangun senjata nuklir serta menentang dukungannya terhadap teror di seluruh dunia,” kata Trump.
“Setiap kali kami pergi ke Timur Tengah, (masalahnya) Iran, Iran, dan Iran. Setiap masalah selalu Iran,” ujarnya, menambahkan.
Selain soal Iran, Trump juga berbeda pandangan soal Korea Utara dengan Tillerson. Terlebih setelah Korut menguji coba rudal balistiknya pada akhir November lalu.
Saat itu sempat muncul kabar Trump akan memecat Tillerson, namun kedua pihak membantahnya.