LONDON, iNews.id - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memicu kontroversi baru usai menyatakan keinginannya untuk merebut kembali kendali Pangkalan Udara Bagram di Afghanistan. Rencana ini mengisyaratkan kemungkinan kembalinya pasukan AS ke negara yang ditinggalkan pada Agustus 2021, setelah dua dekade perang.
“Kita sedang berusaha untuk mendapatkannya kembali. Kita ingin pangkalan itu kembali,” kata Trump usai bertemu Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, Kamis (18/9/2025), seperti dikutip Reuters.
Taliban Menolak Mentah-Mentah
Namun, pemerintah Taliban langsung merespons keras. Mereka menegaskan tidak akan menerima kehadiran militer asing, termasuk AS, di wilayah Afghanistan.
“Afghanistan dan Amerika Serikat perlu berinteraksi satu sama lain tanpa mempertahankan kehadiran militer di wilayah mana pun di Afghanistan,” kata Zakir Jalal, pejabat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Afghanistan, di media sosial X.
Menurut Jalal, hubungan kedua negara seharusnya dibangun atas dasar politik dan ekonomi yang saling menghormati, bukan melalui campur tangan militer.
Bagram, Simbol Lama Perang AS
Bagram awalnya dibangun Uni Soviet pada 1990-an, kemudian menjadi basis utama operasi militer AS di Afghanistan hingga penarikan pasukan tahun 2021. Kini, pangkalan itu dikuasai pemerintahan Taliban setelah mereka menggulingkan rezim pro-Washington.
Pangkalan ini dianggap strategis karena berada di dekat China, sehingga menambah nilai geopolitiknya bagi Washington.