WASHINGTON, iNews.id - Perwakilan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) di Amerika Serikat memperingatkan situasi di Gaza semakin memburuk. Sejak pekan lalu 26 demonstran tewas ditembak tentara Israel dan ribuan lainnya luka. Banyak di antara mereka yang kondisinya kritis.
Duta PLO untuk AS, Husam Zomlot, mengatakan, kondisi di Gaza saat ini tak bisa lagi menunggu rencana perdamaian yang digagas AS. Dia pun mendesak agar AS memperbarui dukunganya untuk mengakhiri konflik dan kembali ke kesepakatan solusi dua negara.
"Semuanya sedang mendidih di depan semua orang. Ini adalah tekanan dari kompor. Ini akan meledak cepat atau lambat. Ini bukan sesuatu yang bisa kita tunggu," kata Zomlot, dikutip dari AFP, Sabtu (7/4/2018).
PLO sudah memutus hubungan dengan Gedung Putih sejak AS mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada Desember 2017. Kondisi ini turut berkontribusi membuat mandek perjanjian damai Palestina-Israel. Presiden Palestina Mahmoud Abbas juga menolak keterlibatan AS sebagai mediator damai. Pada akhir pekan lalu Abbas bahkan menolak bertemu dengan Wakil Presiden Mike Pence yang saat itu melakukan lawatan ke Timur Tengah.
"Lihatlah kondisi di Gaza. Sudah selayaknya Pemerintah AS mengecam keras dan mengambil tindakan agar hukum internasional ditegakkan. Tapi kita tak melihat adanya kecaman," kata Zomlot.
Namun Zomlot menegaskan, sikap PLO tetap memutuskan hubungan dengan Gedung Putih sampai ada perubahan sikap. Menurut dia, Palestina tulus bekerja sama dengan pemerintahan Presiden Donald Trump dan berharap perdamaian akan tercapai. Namun itu semua berubah setelah munculnya klaim bahwa Yerusalem Timur milik Israel.
"Jika Pemerintah AS mengubah posisinya dan kembali ke kebijakan yang telah lama dipegang yaitu solusi dua negara sesuai, Perbatasan 1967 dengan Jerusalem Timur sebagai ibu kota negara Palestina yang berdaulat, ya kami akan terlibat (pembicaraan damai)," katanya.