JAKARTA, iNews.id - Anas Anwar Nasirin pemuda yang lahir dari keluarga miskin, kehilangan ayah dan tinggal di panti asuhan. Namun Anas tidak putus asa dan motivasinya memotong kebodohan dalam keluarga melalui pendidikan.
Kini Anas salah satu penerima beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) di Universitas Indonesia.
Anas lahir di Desa Sindangjaya Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya pada tahun 1997. Ayahnya yang pedagang topi dan peci meninggal dunia pada tahun 2010. Sedangkan ibunya merupakan buruh tani, namun sempat terkena stroke ringan akibatnya tidak bisa bekerja.
Tahun 2009 Anas memutuskan untuk tinggal di panti asuhan agar bisa bersekolah. Hampir separuh hidupnya Anas habiskan di panti asuhan dan pondok pesantren yatim piatu.
“Dan akhirnya tanggal 10 Juli tepatnya hari Jumat tahun 2009 saya berangkat ke Panti Asuhan Ar-Rasyid Subang. Di Panti Asuhan Ar-Rasyid Subang saya tempuh sampai tahun 2012. Dan dari tahun 2012 hingga tahun 2015, saya tinggal di Pondok Pesantren Yatim Piatu dan Dhuafa Darul Inayah. Dan dari tahun 2015 sambil berkuliah di Unpad, saya tinggal di Panti Asuhan Riyatul Jannah,” ucap Anas dalam situs media keuangan Kemenkeu, Rabu (3/1/2024).
Anas menahan beban berat untuk mengisi kekosongan posisi kepala keluarga sejak ayahnya meninggal dunia. Untungnya masih ada neneknya yang membantu keluarga untuk sekadar makan.
Perundungan dari teman atau lingkungan sekitarnya juga sudah menjadi makanan sehari-hari.
“Bullying itu adalah hal yang, kalau dibilang kenyang mungkin sudah sangat kenyang ya. Tapi saking seringnya mungkin hal itu tidak terlalu begitu saya pedulikan,” kata Anas sambil tersenyum.
Anak Miskin Berprestasi
Anas akhirnya mencapai babak baru ketika lulus dan diterima di Universitas Padjajaran melalui jalur SBMPTN dari beasiswa Bidikmisi pada tahun 2015. Dia memilih untuk mempelajari sejarah di Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya di Padjajaran.
Anas tak mau menyia-nyiakan kesempatan itu, dia aktif dalam bidang akademik maupun non-akademik di lingkungan kampus. Uang saku dari beasiswanya, dia digunakan untuk mengikuti berbagai lomba dan membuahkan beragam prestasi.
Terbukti dengan didapatkannya penghargaan mahasiswa berprestasi tahun 2017 dari Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran. Di luar kampus, Anas juga aktif dalam organisasi dan beberapa kali menjadi narasumber di berbagai kegiatan.
Setelah menyelesaikan pendidikan sarjananya, Anas ditawari untuk melanjutkan ke jenjang magister ke Brunei Darussalam oleh salah satu dosennya. Namun Anas menolak dengan alasan ingin menunaikan kewajibannya terlebih dahulu untuk mengabdi di Pondok Pesantren Yatim Piatu dan Dhuafa Darul Inayah.