JAKARTA, iNews.id - Membacakan Dongeng Anak Sebelum Tidurmungkin jadi salah satu kebiasaan yang dilakukan sebagian orang tua. Tentu itu menjadi aktivitas yang menyenangkan bagi si kecil.
Berbagai jenis dongeng dapat dibacakan kepada anak sebelum tidur, seperti dongeng fabel, cerita rakyat, legenda, dan masih banyak lagi. Tak hanya menghibur, setiap dongeng terdapat pesan moral yang dapat dijadikan sebagai pembelajaran.
Meski dongeng tidak realistis, tetapi dongeng dapat memberikan efek positif kepada perkembangan si kecil. Secara tidak langsung, mereka akan memahami pesan moral dan mempraktekkannya di kehidupan sehari-hari.
Berikut ini contoh dongeng anak sebelum tidur untuk si kecil dikutip dari berbagai sumber, Minggu (12/11/2023).
1. Judul: Ande-ande Lumut
Pada suatu hari, tinggalah seorang wanita cantik bernama Dewi Candra Kirana dan suaminya, Raden Putra. Raden Putra diusir oleh ayahnya karena tidak mau menggantikan ayahnya sebagai raja. Ia pergi tanpa mengajak istrinya.
Dewi Candra Kirana mencari keberadaan Raden Putra. Ia menyamar menjadi perempuan desa biasa. Dalam perjalanannya, Dewi Candra Kirana bertemu seorang janda kata bernama Mbok Randa Karangwulusan.
Kemudian, mengangkat Dewi menjadi anak dan mengganti nama Dewi menjadi Kleting Kuning. Mbok Randa sudah memiliki tiga anak perempuan, Kleting Abang, Kleting Wungu, dan Klenting Biru. Dewi Candra Kirana atau Kleting Kuning dianggap anak bungsu.
Ketiga anak Mbok Randa tidak menyukai Kleting Kuning sehingga mereka selalu berperilaku jahat terhadapnya. Mereka bahkan memaksa Kleting Kuning untuk selalu mengenakan pakaian jelek agar terlihat seperti pembantu.
Suatu hari ada kabar dari Desa Dadapan bahwa ada seorang pria tampan yang sedang mencari istri. Mbok Randa memerintahkan ketiga anaknya untuk pergi menemui pria itu sedangkan Kleting Kuning diminta untuk tetap tinggal di rumah.
Ketiga anak Mbok Randa pun pergi menuju Desa Dadapan. Menuju desa itu tidaklah mudah, mereka harus melewati sungai luas. Tiba-tiba muncullah seekor kepiting raksasa bernama Yuyu Kangkang yang menawarkan bantuan tapi dengan syarat ketiga putri Mbok Randa harus bersedia dicium Yuyu Kangkang.
Kleting Kuning bersikeras untuk menemui pria tersebut juga. Meskipun Mbok Randa sudah melarangnya.
Sama seperti anak Mbok Randa yang lainnya, ia juga harus melewati sungai dengan menaiki Yuyu Kangkang. Kleting Kuning tak kehabisan akal, ia menempelkan kotoran ayam yang dibawanya ke pipinya dan berhasil membuat Yuyu Kangkang tidak mau menciumnya.
Sesampainya di Desa Dadapan Kleting Kuning mendapati ketiga kakaknya ditolak Ande-Ande Lumut. Tak disangka Kleting Kuning yang dipilih oleh Ande-Ande Lumut. Rupanya Ande-Ande Lumut ialah Raden Putra.
2. Judul: Lutung Kasarung
Alkisah, ada kerajaan bernama Kerajaan Pasir Batang. Prabu Tapa Agung yang sudah tua memutuskan untuk mewariskan tahtanya kepada putri bungsunya, Putri Purbasari.
Sebenarnya Putri Purbasari memiliki kakak perempuan bernama Purbararang. Purbararang merasa geram karena bukan ia yang akan mendapat tahta.
Purbararang meminta nenek sihir untuk mencelakai Putri Purbasari. Karena mantra si nenek sihir, kulit Purbasari tiba-tiba dipenuhi totol-totol hitam. Akibatnya Putri Purbasari diasingkan ke hutan.
Maka Putri Purbasari hidup seorang diri di hutan. Namun Purbasari tidak merasa kesepian. Ia bertemu dengan hewan-hewan hutan. Salah satunya ada seekor lutung atau kera berwarna hitam.
Sesampainya di hutan, Purbararang kaget melihat Purbasari telah terbebas dari mantra. Kini Purbasari bisa kembali menjadi ratu. Purbararang tidak terima, ia menantang Purbasari.
“Siapa yang rambutnya lebih panjang, dialah yang menjadi ratu,” kata Purbararang sembari menguraikan rambutnya. Ternyata setelah diukur, rambut Purbasari lebih panjang.
Tidak puas sampai disitu, Purbararang kembali menantang Purbasari. “Sekarang kita adu ketampanan tunangan kita, ini tunanganku, Indrajaya yang tampan,” kata Purbararang.
Sontak, Purbasari menarik Lutung Kasarung ke sampingnya. Ia menganggap Lutung Kasarung sebagai kekasihnya. Tak berselang lama, Lutung Kasarung berubah menjadi wujud sebenarnya yaitu Sanghyang Guruminda yang sangat tampan. Sanghyang selama itu terkena hukuman sehingga ia menjadi lutung.
3. Judul: Roro Jonggrang
Dahulu kala ada sebuah kerajaan besar bernama Prambanan. Rakyatnya hidup tentram dan damai. Akan tetapi, kedamaian itu tidak berangsur lama karena Kerajaan Prambanan diserang oleh Negeri Pengging. Akhirnya, Prambanan dikuasai oleh Pengging dan dipimpin oleh Bandung Bondowoso.
Bandung Bondowoso adalah seorang yang suka memerintah dengan kejam. Siapa pun yang tidak menuruti perintahnya akan dijatuhi hukuman. Ia juga orang yang sakti dan mempunyai pasukan jin. Selain itu, ia suka mengamati gerak-gerik Roro Jonggrang, putri Raja Prambanan yang cantik jelita.
Bondowoso mendekati Roro Jonggrang lalu mengatakan ingin menikahinya. Mendengar keinginan Bondowoso, Roro Jonggrang tersentak kaget. Ia merasa Bondowoso sangat lancang dengan pernyataan itu.
Akan tetapi, Roro Jonggrang tidak langsung menolaknya karena Bondowoso dan keluarganya akan marah besar dan membahayakan keluarganya serta rakyat Prambanan.
Jika mengiyakannya pun tidak mungkin akhirnya Roro Jonggrang mencari cara lain. “Saya bersedia menjadi istri Tuan, tapi ada syaratnya, yaitu saya ingin dibuatkan candi yang jumlahnya harus seribu buah. Candi itu harus selesai dalam waktu semalam,” kata Roro Jonggrang.
Bandung Bondowoso pun langsung menyanggupi persyaratan tersebut, tentunya dengan bantuan para jin. Dalam waktu singkat bangunan candi hampir tersusun sampai seribu.
Diam-diam Roro Jonggrang mengamati dari kejauhan. Ia menyuruh anak buahnya berkumpul untuk mengumpulkan jerami lalu membakarnya. Pasukan jin mengira fajar sudah menyingsing. Mereka pun segera pergi.
Pagi harinya, Bandung Bondowoso mengajak Roro Jonggrang ke candi. Setelah dihitung jumlah candi itu hanya 999 buah. Lalu, Roro Jonggrang menyatakan kalau Bandung Bondowoso gagal memenuhi persyaratan. Bondowoso murka kepada Roro Jonggrang.
“Kalau begitu kau saja yang melengkapinya,” kata Bondowoso.
Roro Jonggrang berubah menjadi batu, sampai kini candi-candi tersebut ada di wilayah Prambanan, Jawa Tengah.
4. Judul: Si Kancil dan Buaya
Suatu hari, ada seekor kancil yang sedang berjalan-jalan di dalam hutan untuk mencari makanan. Karena makanan di sekitar kediamannya telah berkurang, Kancil pun pergi untuk mencari di luar kawasannya.
Di tengah jalan, ia harus menyeberang sungai yang dihuni banyak sekali buaya besar yang sangat lapar. Kancil pun berpikir sejenak, lalu ia mendekat ke tepi sungai.
"Hai buaya, apakah kau sudah makan siang?" tanya Kancil dengan suara yang dikeraskan.
Tak lama kemudian, muncul seekor buaya dari permukaan air, "Siapa yang berteriak siang-siang begini? Mengganggu tidur saja."
"Hai Kancil, diam kau! Kalau tidak, aku makan nanti kamu," timpal buaya yang lain.
"Aku datang ke sini untuk menyampaikan pesan dari Raja Hutan, jadi janganlah kau makan aku dulu," jawab kancil. "Ada apa sebenarnya, ayo cepat katakan," kata buaya.
"Baiklah. Raja Hutan memintaku untuk menghitung jumlah buaya yang ada di sini. Raja hutan hendak memberikan hadiah untuk kalian," ujar Kancil.
"Jadi sekarang, panggil semua temanmu," lanjutnya.
Mendengar hal itu, buaya sangat senang dan langsung memanggil semua kawannya untuk berbaris berjajar di permukaan sungai. Namun, mereka semua ternyata hanya diperdaya oleh si Kancil.
Dengan cerdik, Kancil langsung pergi setelah menghitung buaya terakhir di ujung sungai dan lolos dari cengkraman buaya yang lapar.
Dongeng tersebut menceritakan kalau kancil memang cerdik, namun alangkah baiknya kalau kecerdikan itu digunakan hanya untuk hal-hal baik saja.
5. Judul: Malin Kundang
Dahulu kala di Sumatra Barat, hiduplah seorang anak laki-laki bernama Malin Kundang. Ia tinggal bersama ibundanya Mande Rubayah. Sang ayah telah lama pergi meninggalkan ibu dan anak semata wayangnya itu.
Malin tumbuh menjadi anak yang cerdas dan pemberani, tetapi sedikit nakal. Mereka hidup sangat miskin. Hingga suatu ketika saat Malin beranjak dewasa, ia berpikir untuk mencari peruntungan di negeri seberang. Ia ingin menjadi saudagar kaya raya.
Tekadnya semakin kuat, Malin meminta izin kepada ibundanya. Mande Rubayah sempat tidak setuju dengan keinginan anaknya, karena Malin terus mendesak akhirnya ia mengizinkan.
Ternyata keberadaan Malin di kapal itu sangat disukai. Selain karena ia sangat rajin dan selalu siap menolong, ia juga seorang pekerja keras.
Beberapa tahun berlalu, kini Malin telah menjadi seorang nahkoda yang mengepalai banyak kapal dagang. Ia pun berhasil memperistri salah seorang putri raja yang cantik jelita. Kabar kesuksesannya sampai kepada ibunda Malin.
Suatu ketika, sampailah kapal mereka di kampung tempat Malin dulu dibesarkan. Malin Kundang pun turun dari kapal. Kemudian disambut oleh ibundanya. Malin Kundang justru malah segera melepaskan pelukan Mande Rubayah dan mendorong ibundanya hingga terjatuh.
Melihat tingkah Malin yang congkak di depan istrinya, Mande Rubayah sangat sakit hati. Ia melihat kapal anaknya yang bertolak dari pantai, sambil berdo’a dalam hatinya agar Tuhan menghukum anaknya.
Tidak lama setelah kapal itu bertolak, badai pun datang. Air laut yang bergelora menerjang dan membanting kapal besar yang sangat megah tersebut. bangkai kapal berhamburan beserta segala isinya.
Setelah kapal itu hancur, badai pun reda. Selain serpihan pecahan kapal, di pantai itu terlihat ada sebuah batu karang yang mirip dengan sosok Malin yang sedang bersimpuh.
Dongeng Malin Kundang yang sangat populer ini mengandung pesan moral yaitu orang tua sudah sepatutnya dihormati dan diperlakukan dengan baik. Meski anak sudah meraih kesuksesan, tetap tidak boleh melupakan jasa orang tua apalagi melukai hatinya. Dongeng tersebut dikutip dari buku Cerita Rakyat Nusantara Terpopuler Sepanjang Masa oleh Faulia Rahma.
6. Judul: Sangkuriang
Dayang Sumbi merupakan putri raja yang terkemuka di Jawa Barat. Dayang Sumbi memiliki anak laki-laki bernama Sangkuriang. Suatu ketika, Sangkuriang pergi berburu ke hutan.
Sangkuriang memerintah Tumang, anjing saktinya untuk mengejar binatang buruannya. Namun, Tumang tidak mengikuti perintahnya. Hal tersebut membuat Sangkuriang mengusir Tumang. Sangkuriang tidak mengizinkan Tumang pulang bersamanya.
Sepulang dari berburu, Sangkuriang menceritakan kejadian tersebut kepada Dayang Sumbi, ibundanya. Dayang Sumbi sangat marah mendengar cerita itu.
Dayang Sumbi memukul kepala Sangkuriang menggunakan sendok nasi sebagai hukuman. Sangkuriang merasa kecewa atas apa yang dilakukan ibunya, kemudian ia memutuskan pergi mengembara dan meninggalkan rumahnya.
Dayang Sumbi sangat menyesali perbuatannya dan berharap Sangkuriang kembali. Dari ketulusan do’anya, Dewa memberi Dayang Sumbi sebuah hadiah berupa kecantikan dan awet muda selamanya. Setelah bertahun-tahun lamanya, akhirnya Sangkuriang pulang dari pengembaraannya.
Sangkuriang bertemu dengan wanita cantik yang tak lain ialah Dayang Sumbi, ibundanya sendiri. Sangkuriang terpesona dengan Dayang Sumbi dan berniat untuk menikahinya.
Dayang Sumbi tahu kalau Sangkuriang adalah anaknya. Ia memberikan dua syarat kepada Sangkuriang yang harus diselesaikan sebelum fajar menyingsing.
Sangkuriang pun menyanggupinya. Dayang Sumbi membuat seolah-olah hari itu sudah menjelang pagi. Sangkuriang kesal lalu menjebol bendungan yang telah dibuatnya sendiri.
Akibatnya terjadilah banjir dan seluruh kota terendam air. Ia juga menendang sampan besar yang telah dibuatnya. Sampan itu jatuh telungkup, lalu menjadi sebuah gunung bernama Tangkuban Perahu.