JAKARTA, iNews.id – Wakil Ketua Dewan Kehormatan Partai Golkar Akbar Tanjung menilai sistem politik di tubuh Golkar sedang terinfeksi virus. Diperlukan langkah-langkah cepat untuk menyelamatkan partai agar tidak semakin buruk.
Akbar mengatakan, Partai Golkar harus segera melakukan perubahan demi mengembalikan elektabilitas. Golkar hanya perlu mendengarkan banyak pendapat, mulai internal partai hingga pengamat politik dan akademisi untuk berubah melalui mekanisme organisasi.
"Harus ada yang kita ubah. Tidak hanya menyangkut Partai Golkar, tapi juga sistem politik yang seperti sedang mengalami gejala-gejala terinfeksi," ujar Akbar dialog 'Golkar untuk Indonesia' di Jakarta, Jumat (8/12/2017).
Mantan ketua DPR ini mengingatkan di masa kepemimpinannya, Golkar diterpai badai hebat karena selalu dikaitkan dengan isu rezim Orde Baru. Bahkan Presiden Abdurrahman Wahid sempat membekukan Golkar. "Alhamdulillah saat itu masih bisa nomor 2 dan presentasinya 5 persen," kata dia. Akbar mengaku cara yang dilakukan kala itu adalah meyakinkan kembali publik terhadap Golkar.
Sejumlah elite dan kader Golkar di daerah menyerukan perlunya menggelar musyawarah nasional luar biasa (munaslub) setelah ketua umum Setya Novanto ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) karena kasus dugaan korupsi.
Akbar berharap akhir tahun ini Golkar segera memiliki ketua umum baru. Hal ini penting untuk menghadapi Pilkada 2018 dan Pemilu 2019. Dengan terpilihnya ketua umum, partai bisa memperbaiki diri.
“Kalau menurut saya mutlak, itu harus selesai pada akhir tahun. Jadi sudah terpilih ketua umum dan sekjen. Menurut saya dari melihat gelagat yang ada mungkin lebih cepat lebih baik,” ujarnya.
Pengamat politik LIPI Siti Zuhro mengatakan, demi memperbaiki stigma negatif masyarakat, Golkar sebaiknya melokalisir isu. ”Kasus Setya Novanto harusnya dilokalisir sebagai kasus Setnov saja, bukan institusi," ujarnya.