JAKARTA, iNews.id – Belakangan ini, di jejaring media sosial (medsos) marak beredar kabar tentang ramalan gempa di Surabaya dan Madura, Jawa Timur. Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati pun mengklarifikasi, sebenarnya potensi gempa bukan hanya ada di wilayah Surabaya dan Madura. Tetapi juga di sebagian besar wilayah Indonesia yang berada dalam lingkaran Cincin Api Pasifik yang terbentuk oleh gerak lempeng tektonik aktif.
“Cincin Api Pasifik adalah zona berbentuk tapal kuda dan menjadi zona sabuk gempa paling aktif di dunia. Bukan hanya Indonesia, wilayah lain, seperti Jepang, Taiwan, dan Selandia Baru juga masuk dalam Cincin Api Pasifik tersebut,” ungkap Dwikorita melalui keterangan yang dirilis Humas BMKG di Jakarta, Minggu (21/10/2018).
Oleh karena itu, dia mengimbau masyarakat bersama pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya lebih baik bersikap pro-aktif mempersiapkan upaya mitigasi bencana gempa bumi dan tsunami, alih-alih meributkan ramalan dan prediksi gempa. “Lakukan aktivitas seperti biasa, jangan terpengaruh oleh isu-isu yang dihembuskan oleh pihak yang ingin membuat kegaduhan dan kecemasan,” ujarnya.
Dwikorita mengatakan, mitigasi bencana yang dapat dilakukan antara lain mengedukasi masyarakat tentang cara penyiapan perlindungan dan keselamatan sebelum, saat dan setelah gempa bumi. Selain itu, yang juga bisa dilakukan adalah membangun bangunan dan infrastruktur yang sesuai building code atau persyaratan bangunan tahan gempa, dan; menetapkan tata ruang wilayah berbasis peta rawan bencana.
Pemerintah dan masyarakat juga bisa bersama-sama-sama menyiapkan jalur evakuasi, dan; membangun tempat berlindung sementara untuk evakuasi vertikal dari ancaman tsunami di daerah pantai. “Jangan lupa senantiasa berdoa dan memohon keselamatan dan perlindungan kepada Allah SWT, karena hingga saat ini belum ada satu pun negara dan teknologi yang mampu meramalkan dan memprediksi gempa bumi,” kata dia.
Deputi Bidang Geofisika BMKG, Muhammad Sadly menjelaskan, menurut Peta Sumber dan Bahaya Gempa Bumi Indonesia 2017, secara geologis dan tektonik wilayah Kota Surabaya dan Madura memang berada pada jalur zona sesar aktif. Dalam hal ini, wilayah Surabaya berada pada jalur zona Sesar Kendeng dan Madura berada pada jalur zona Sesar RMKS (Rembang, Madura, Kangean, dan Sakala).
Berdasarkan catatan sejarah kegempaan (Visser 1922), kata dia, jalur Sesar Kendeng pernah memicu terjadinya gempa bumi merusak di Mojokerto (1836,1837), Madiun (1862, 1915), dan Surabaya (1867). Sementara, Sesar RMKS pernah memicu terjadinya gempa bumi merusak di Rembang-Tuban (1836), Sedayu (1902), Lamongan (1939), dan Sumenep (13 Juni 2018 dan 11 Oktober 2018 ).
“Saya berharap masyarakat tetap tenang, namun waspada. Pemerintah melalui BMKG terus memantau gempa yang terjadi di seluruh wilayah Indonesia selama 24 Jam penuh setiap harinya,” kata Sadly.