JAKARTA, iNews.id – Setelah resmi mendaftar menjadi calon anggota legislatif (caleg) dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), eks pengacara Habib Rizieq Syihab, Kapitra Ampera, mempersilakan masyarakat memanggil dirinya “cebong”.
“Kita memilih si A dan si B silakan. Kalau orang mengambil agama sebagai fatsun dalam pendirian, itu hak mereka. Tapi jangan menuding orang yang tidak memilih keinginan orang lain lalu dia jadi murtad, menjadi kafir lalu menjadi cebong. Ya, please call me cebong (silakan panggil saya cebong), hehehe,” ujar Kapitra di Kantor DPP PDI Perjuangan, Jakarta, Selasa (24/7/2018).
Kata cebong belakangan ini memang sangat identik dengan sebutan untuk para pendukung fanatik Presiden Joko Widodo (Jokowi). Istilah itu ramai digunakan di media sosial (medsos). Namun, Kapitra menganggap istilah cebong dalam persepsi agama Islam memiliki makna yang baik.
“Dalam presepsi agama saya, (cebong) adalah anak katak yang selalu berzikir demi kebaikan bangsa ini, demi kebaikan umat manusia, itu yang saya tahu dalam terminologi Islam yang saya anut. Jadi kalau itu dipanggil, bukan panggilan hina,” kata dia.
Kapitra mengaku siap menerima segala risiko atas keputusannya menjadi caleg lewat PDIP. Dia pun mengaku siap mendapat caci-maki lantaran pilihannya tersebut. Pria yang pernah mencalonkan diri dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Barat (Pilgub Sumbar) 2005 itu menganggap langkah yang diambilnya saat ini sebagai salah satu upaya untuk membela para ulama.
“Saya masuk PDIP (ingin) membela ulama, membela Indonesia, karena Indonesia ini terdiri dari pulau dan ratusan suku dan bermacam agama. Jadi, di situ kesatuan yang tidak boleh dipisah,” ucapnya.
Menurut Kapitra, PDIP telah memberikannya satu ruang keislaman, sehingga dia pun mantap memilih partai merah itu sebagai wadah untuk memperjuangkan mayoritas umat Islam dan anak bangsa keseluruhan agar lebih sejahtera. “Karena nama saya Amanat Penderitaan Rakyat (Ampera), di mana ada penderitaan di situ ada saya, ada Kapitra. Saya berjuang untuk perjuangakan itu semua.”