Jusuf Kalla: Aksi Kekerasan terhadap Tokoh Agama Tak Terkait Politik

Fikih Riyan
iNews
Wakil Presiden Jusuf Kalla. (Foto: Koran SINDO/ Dok)

JAKARTA, iNews.id – Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menilai peristiwa teror dan penganiayaan terhadap sejumlah pemuka agama dalam beberapa waktu terakhir ini tidak memiliki keterkaitan dengan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2018 serta Pemilihan Umum (Pemilu) 2019.

Menurut JK, penggunaan isu agama dalam kontestasi pilkada ataupun pemilu sulit dihindari. Dia mencontohkan, kemenangan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dalam Pemilu 2016, tak lepas dari isu agama. Namun, JK yakin di Indonesia tidak ada pihak yang sengaja menggunakan isu agama untuk tujuan politik dan memecah belah masyarakat.

“Kalau yang membunuh ustaz itu di daerah (Jawa barat) itu kan sakit jiwa ya. Ini yang di Yogyakarta, Sleman, ya kita tidak tahu dia jalan sendiri. Kan kelihatannya ngamuk-ngamuk lah gitu kan?” kata mantan Ketua Umum DPP Partai Golkar ini di Kantor Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Utara, Selasa (13/2/2018).

Ditanya soal dugaan politisasi atas aksi penganiayaan, pengusiran, dan teror terhadap tokoh agama, JK menampik. “Saya kira nggak lah. Siapa sih yang ingin berpolitik dengan membuat perpecahan? Nggak seperti itu, biar polisi meneliti (dan) menyelidiki apa yang terjadi di situ,” katanya.

Meski begitu, JK meminta semua elemen bangsa agar berhati-hati. Khususnya bagi para pemuka agama, JK meminta agar mereka menyampaikan ceramah atau tausiah dengan bahasa yang menyejukkan. Menurut dia, isu agama dalam politik memang selalu ada dan hal itu susah dihindari.

“Jangankan itu, saya bilang Trump menang pun karena isu agama. Artinya ini memang dipakai orang kadang-kadang, tapi selama itu tidak mempertentangkan (agama), silakan. Yang bisa dihindari jangan mempertentangkan satu sama lain,” katanya.

Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) ini mengakui, penggunaan isu agama sangat berpotensi menimbulkan bahaya. Namun, selama ini tidak pernah terjadi konflik agama gara-gara pilkada atau pemilu.

“Kita belajar (dari) pengalaman kita selama ini. Alhamdulillah di Indonesia tidak menimbulkan konflik dalam arti yang besar kecuali dulu di Poso dan di Ambon. Selain (dua) itu kan tidak,” tegasnya.

Diketahui, beberapa waktu terakhir terdapat sejumlah serangan terhadap pemuka agama di sejumlah daerah. Pada 27 Januari lalu, serangan menimpa pengasuh Pondok Pesantren Al-Hidayah, Cicalengka, Kabupaten Bandung, KH Emon Umar Basyri.

Kemudian pada 1 Februari, serangan juga terjadi terhadap ustaz Prawoto yang merupakan Komandan Brigade Pimpinan Pusat Persatuan Islam (Persis). Prawoto meninggal dunia akibat serangan yang dilakukan oknum tetangga yang diduga mengalami gangguan kejiwaan.

Terakhir, pada 11 Februari,  pendeta dan jemaat gereja Santa Lidwina, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, diserang. Empat jemaat luka-luka dan pendeta yang memimpin ibadah pun terluka akibat serangan menggunakan pedang.

Editor : Azhar Azis
Artikel Terkait
Nasional
3 bulan lalu

Prabowo Pidato Tertutup di Konvensi Saintek dan Teknologi: Biar Bebas, Jangan Dipolitisasi!

Soccer
9 bulan lalu

Pemain Cekik Lawan di Liga 4, Pengamat: Wajah Buruk Sepak Bola Kita!

Seleb
1 tahun lalu

Gus Miftah Bantah Lakukan Aksi Kekerasan ke Istri di Depan Umum: Itu Editan!

Nasional
1 tahun lalu

Kendala Polisi Usut Kasus Kekerasan di Perusahaan Animasi Menteng, Pemilik Tak Kooperatif 

Berita Terkini
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
Network Updates
News updates from 99+ regions
Personalize Your News
Get your customized local news
Login to enjoy more features and let the fun begin.
Kanal