JAKARTA, iNews.id - Detasemen Jalamangkara (Denjaka) memiliki andil besar dalam menjaga keamanan Indonesia, khususnya di sektor laut. Satuan ini merupakan salah satu pasukan khusus yang usianya paling muda dibandingkan dengan pasukan komando lain seperti Kopassus maupun Paskhas.
Denjaka baru berdiri pada 4 November 1984. Keberadaan satuan yang memiliki semboyan "Satya Wira Dharma" ini sendiri tidak lepas dari Mayor Jenderal Gafur Chaliq.
Dilansir berbagai sumber, Mayjen Gafur Chaliq merupakan Purnawirawan perwira tinggi TNI Angkatan Laut alumni Akademi Angkatan Laut angkatan XI (1961-1965) dan Komandan Korps Marinir TNI AL ke-10. Dia juga merupakan mantan Komandan Taifib 1/Mar (1982-1983), dan Komandan Pasukan Khusus Angkatan Laut (Pasusla) pada 1982-1983, cikal bakal Denjaka.
Jenderal bintang dua ini merupakan lulusan Akademi Angkatan Laut angkatan XI tahun 1964, pengagas dan komandan pertama saat bernama Pasusla (sekarang Detasemen Jala Mengkara Korps Marinir). Sejarah Denjaka dimulai dari KSAL membentuk organisasi tugas dengan nama Pasusla. Keberadaan Pasusla didesak oleh kebutuhan akan adanya pasukan khusus TNI AL guna menanggulangi segala bentuk ancaman aspek laut. Seperti terorisme, sabotase, dan ancaman lainnya.
Melihat perkembangan dan kebutuhan satuan khusus ini, KSAL menyurati Panglima TNI yang isinya berkisar keinginan membentuk Denjaka. Panglima TNI menyetujui dan sejak itu (13 November 1984), Denjaka menjadi satuan Antiteror Aspek Laut.
Sebagai pasukan khusus, Denjaka memiliki beberapa tugas yaitu: - Anti-bajak kapal laut - Anti-bajak pesawat udara - Segala bentuk teror aspek laut/darat/udara - Perang kota/hutan/pantai/laut sabotase - Intelijen & kontra-intelijen Untuk memasuki Denjaka sendiri, tentara diberi latihan yang amat berat demi membentuk pasukan yang bisa diandalkan dalam menjalankan misi mereka. Latihan tersebut meliputi bertahan hidup di hutan tanpa bekal, hingga diikat di tengah laut dan melepaskan diri dari tali tersebut.