JAKARTA, iNews.id - Sikap Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dinilai tidak sejalan dengan jargon yang selama ini diusung. Seharusnya PSI tetap menjaga jargonnya sebagai partai anak muda yang bersih dan transparan sebagai pembeda dengan partai lainnya.
Pengamat politik dari Universitas Al Azhar, Ujang Komarudin mengatakan, masuknya Sunny Tanuwidjaja dalam kepengurusan PSI akan dimanfaatkan oleh lawan politik sebagai alat untuk menyerang. Menurutnya, situasi tersebut merugikan PSI.
"Apa yang diprogramkan oleh partai politik itu harus sama dengan perbuatan. Ketika itu tidak sejalan ya salah fatal," kata Ujang kepada iNews.id melalui telepon, Rabu (28/2/2018).
Sunny merupakan mantan staf khusus Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Sunny sempat beberapa kali diperiksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait kasus dugaan suap pembahasan Raperda Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta (RTRKSP).
Dia juga sempat dihadirkan dalam sidang Tipikor dalam perkara reklamasi teluk Utara Jakarta dengan terdakwa mantan Presiden Direktur PT Agung Podomoro Land, Ariesman Widjaja dan Trinanda Prihantoro.
Bahkan KPK sempat mencekal Sunny untuk bepergian ke luar negeri. Sunny disebut oleh pengacara mantan anggota DPRD DKI Jakarta, M Sanusi sebagai perantara praktik suap antara pengembang dan DPRD DKI.
Dalam kasus tersebut Sanusi telah divonis tujuh tahun penjara oleh Hakim Pengadilan Tipikor. Hukuman Sanusi kemudian ditambah menjadi 10 tahun oleh Mahkamah Agung (MA) setelah Jaksa Penuntut Umum (JPU) melakukan banding.