JAKARTA, iNews.id – Sebagai partai politik pendatang baru, tantangan yang dihadapi Partai Persatuan Indonesia (Perindo) tidaklah mudah. Pasalnya, partai pimpinan Hary Tanoesoedibjo ini harus menghadapi pemilu legislatif (pileg) dan pemilu presiden (pilpres) yang bakal digelar secara serentak untuk pertama kalinya pada 2019.
Tentu saja, tantangan pertama Perindo adalah memenangkan para calon anggota legislatifnya (caleg) agar bisa masuk ke parlemen untuk periode 2019-2024. Sementara, tantangan kedua adalah memenangkan pasangan capres–cawapres Joko Widodo dan Ma’ruf Amin.
Untuk menaikkan perolehan suara, tak sedikit partai politik memanfaatkan popularitas capres-cawapres yang mereka usung. Partai-partai itu berharap bisa memperoleh coattail effect (efek ekor jas) di pileg, walaupun capres-cawapres yang didukung itu tidak ada yang berasal dari mereka.
Namun, Sekretaris Jenderal Partai Perindo Ahmad Rofiq menganggap efek ekor jas bukanlah masalah krusial bagi partainya. “Perindo tidak ada problem (coattail effect) apa pun. Sejak awal juga sudah paham dari apa yang menjadi konsekuensi dari dukungan ini,” ujar Rofiq kepada iNews.id, Selasa (20/11/2018).
Rofiq pun tidak sepaham dengan pernyataan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang menyebutkan bahwa hanya PDIP dan Partai Gerindra yang mendapatkan efek ekor jas dari pemilu serentak nanti, lantaran capres yang berkompetisi saat ini berasal dari dua partai itu.
“Semua partai juga paham soal ini. Itu kan soal common sense (nalar wajar) saja, enggak harus dibesar-besarkan. (Pernyataan SBY) ini namanya terlalu berlebihan. Cukup dengan menjalankan kerja-kerja politik agar partai tetap eksis,” tutur Rofiq.
Dia pun menegaskan, Perindo tidak memiliki masalah dengan efek ekor jas. Itu karena seluruh kader Partai Perindo terus fokus pada usaha-usaha untuk memenangkan Pemilu 2019 mendatang. “Kami bekerja untuk pemenangan di parlemen dan pilpres, bukan sekadar lolos 4 persen (ambang batas parlemen),” ucapnya.