JAKARTA, iNews.id – Polri tancap gas memberangus preman dan bandit jalanan. Bajing loncat dan pemalak sopir truk di kawasan Tanjung Priok, Jakarta Utara juga terus dibersihkan.
Menyikat habis pelaku kriminal bukan kali ini saja dilakukan. Sejak Polri berdiri, menindak penjahat yang meresahkan masyarakat tak henti dilakukan. Namun, kurun waktu 2005-2008 tercatat sebagai salah satu fase tergarang Polri menindak preman.
Kala itu, Polri dipimpin Jenderal Pol Sutanto. Bukan rahasia jika Sutanto terkenal tegas dan tanpa kompromi terhadap segala pelaku kejahatan. Di masanya, preman jalanan dan perjudian dihabisi. Mereka yang sebelumnya berlabel ‘Raja Judi’ pun dibuat gemetar ketakutan.
Lahir di Comal, Pemalang, Jawa Tengah, Sutanto menempuh pendidikan Akademi Kepolisian selepas bangku sekolah menengah. Dia lulus pada 1973 dengan status mentereng: Adhi Makayasa (lulusan terbaik).
Karier Sutanto bersinar terang. Diawali sebagai Pamapta di jajaran Polda Metro Jaya, dalam perjalanannya dia dipromosikan sebagai Kapolsek Kebayoran Lama, Kapolsek Kebayoran Baru, Kapolres Sumenep, dan Kapolres Sidoarjo.
Dari memimpin teritorial, Sutanto ditarik ke Mabes Polri sebagai Paban Asrena Polri (1994-1995). Polisi kelahiran 30 September ini selanjutnya masuk Istana. Sutanto dipercaya sebagai ajudan Presiden Soeharto (1995-1998).
Kariernya terus melesat. Selepas menjadi ring 1 Pak Harto, dia dipercaya sebagai Wakapolda Metro Jaya. Setelah itu dipromosikan sebagai Kapolda Sumatera Utara.