ALOR SETAR, iNews.id - Tim putra Indonesia akhirnya menjadi juara grup D Badminton Asia Team Championships 2018, usai mengalahkan India dengan skor 3-2, Rabu (8/2/2018) malam WIB. Namun, keberhasilan mereka belum membuat Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI Susi Susanti puas.
Pada pertandingan tersebut Indonesia merebut kemenangan pertama setelah Jonatan Christie secara mengejutkan berhasil mengalahkan Kidambi Srikanth 21-17, 21-17. Namun, hasil mengejutkan kembali terjadi pada pertandingan kedua.
Pasangan dadakan Mohamad Ahsan/Kevin Sanjaya Sukamuljo harus takluk dari Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty lewat pertandingan tiga game 21-18, 18-21 dan 22-24. Indonesia sempat tertinggal dari India, setelah Anthony Sinisuka Ginting kalah dari Shai Praneeth 18-21, 19-21.
Untungnya, Angga Prtama/Rian Agung Saputro menyamakan kedudukan, setelah mengalahkan Arjun M.R/Ramchandran Shlok 14-21, 21-16 dan 21-12. Akhirnya pada partai kelima, Ihsan Maulana Mustofa sukses menaklukan Sumeth Reddy dengan skor meyakinkan 21-12 dam 21-7.
Meski berhasil lolos, namun Susi mengungkapkan tim putra Indonesia seharusnya bisa bermain lebih baik lagi. Namun mantan pebulutangkis putri terbaik Indonesia itu, mafhum karena kondisi fisik pemain Indonesia yang masih belum prima.
“Kami sudah tahu kami lolos, tapi kan pasti maunya menang sempurna. Namun kondisi atlet nggak semuanya prima, jadi kami harus menurunkan komposisi pemain seperti hari ini. Ganda pertama India cukup potensial, kami kecolongan di situ, seharusnya memang Ahsan/Kevin lebih menekan,” ujarnya dikutip badmintonindonesia.org.
Menurut Susi, kondisi tersebut yang mengharuskan tim Indonesia melakukan rotasi. Apalagi, jarak pertandingan yang sangat dekat membuat hal tersebut menjadi keharusan demi, agar kondisi pemainnya tak terganggu.
“Untuk menentukan pemain yang turun, kami harus melihat kondisi terakhir dari si atlet tersebut dan mesti berhitung, karena besok harus main lagi. Marcus (Fernaldi Gideon) dan Hendra (Setiawan) masih bisa diturunkan besok, cuma hari ini kondisi mereka tidak terlalu bagus, daripada dipaksakan nanti berikutnya nggak bisa main kan malah lebih parah,” tuturnya melanjutkan.
“Justru kami tidak under estimate lawan, India itu kuat di sektor tunggal. Di beregu kadang hasilnya tidak bisa diprediksi, jadi yang kita harapkan dua angka dari ganda, satu dari tunggal, malah sebaliknya. Di atas kertas harusnya Srikanth bisa menang dari Jonatan, tapi Jonatan yang menang,” tutur peraih medali emas Olimpiade 1992 tersebut.