JAKARTA, iNews.id - Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane, meminta Satuan Tugas (Satgas) Antimafia Bola bisa secepatnya mengungkap semua yang terlibat pada kasus pengaturan skor. Menurut Neta, satgas terkesan lambat dalam menuntaskan masalah tersebut.
Saat ini, sejumlah figur Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) sudah ditetapkan sebagai tersangka dan ditangkap. Tetapi, dia meyakini belum semua nama yang terlibat telah ditangkap. Dia melihat hal itu berpotensi membuat oknum PSSI menunda Kongres Luar Biasa (KLB).
“Tujuannya agar mereka bisa melobi calon-calon kuat ketua umum, dan kasus-kasus yang melibatkan mereka dipetieskan,” ujar Neta. Menurutnya, keadaan itu bisa membuat perbaikan di PSSI menjadi terhambat.
“Jika oknum-oknum yang bermasalah di PSSI bisa melobi dan mendekati serta menyukseskan figur-figur tersebut menjadi ketua umum PSSI, nasib sepak bola Indonesia pun tak akan berubah. Kerja keras Satgas untuk membongkar mafia sepak bola nasional pun sia-sia,” katanya.
Sejauh ini Satgas Antimafia Bola sudah menetapkan 17 nama sebagai tersangka kasus pengaturan skor, termasuk mantan Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Umum PSSI Joko Driyono yang ditetapkan tersangka perusakan barang bukti terkait perkara tersebut.
Sayangnya, tidak semua yang sudah berstatus tersangka ditahan, termasuk Anggota Komite Eksekutif Papat Yunisal. Selain itu, Plt Ketua Umum PSSI Iwan Budianto kasusnya sudah naik ke tahap penyidikan bersama mantan Manajer Madura United Haruna Soemitro, atas laporan mantan Manajer Tim Perseba Bangkalan Imron Abdul Fattah, Januari 2019.
Terkait KLB, PSSI memutuskan menundanya hingga akhir Juli atau awal Agustus. Padahal sebelumnya, KLB direncanakan bakal digelar 13 Juli 2019 dengan empat agenda, merevisi Statuta PSSI dan Kode Pemilihan PSSI, serta menetapkan Komite Pemilihan (KP) dan Komite Banding Pemilihan (KBP).
Sekretaris Jenderal (Sekjen) PSSI Ratu Tisha Destria mengungkapkan pengunduran jadwal itu berdasarkan surat Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA), kepada seluruh anggota PSSI.
Namun, Neta melihat ada empat alasan mengapa KLB diundur, Pertama situasi politik Tanah Air yang masih panas sehingga dianggap belum kondusif untuk melakukan KLB.
Kedua, belum tuntasnya kasus hukum yang melilit sejumlah orang penting di PSSI, bahkan banyak yang belum tersentuh. Apalagi, sejak pelaksanaan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019, Satgas Antimafia Bola sepertinya tidak seagresif seperti waktu-waktu sebelumnya.
Sedangkan yang ketiga belum adanya bakal calon Ketua Umum PSSI yang secara representatif muncul untuk menampilkan diri maupun programnya. Dan keempat, masyarakat sepak bola Indonesia, terutama yang bersentuhan dengan PSSI bersikap sangat hati-hati sembari melihat pergerakan Satgas Antimafia Bola.
Menurut Neta kondisi ini bakal merugikan dunia sepak bola nasional. “Kok PSSI takut dengan Satgas? Sikap takut oknum-oknum di PSSI ini tentu tak berdiri sendiri. Bagaimana pun, mereka merasa tersandera dosa masa lalu sehingga harus hati-hati menyikapi keberadaan Satgas. Ini tentunya sangat tidak sehat bagi masa depan PSSI,” katanya.