JAKARTA, iNews.id - Teknologi digital memiliki peranan penting dalam menciptakan peluang bagi para pelaku usaha dalam memajukan ekonomi. Inovasi teknologi di Indonesia meningkatkan akses pada layanan keuangan (inklusi keuangan).
Perekonomian global pada 2022 diproyeksikan akan melanjutkan tren pemulihan ekonomi nasional. Salah satu sumber pertumbuhan ekonomi baru adalah dengan pemanfaatan teknologi digital dalam aktivitas ekonomi.
Inklusi keuangan di Indonesia pun terus mengalami pertumbuhan. Pada 2021 tingkat inklusi keuangan di Indonesia naik dibandingkan tahun sebelumnya dan mencapai 83,6 persen. Jumlah perkembangan inklusi keuangan ini diikuti dengan pertumbuhan yang signifikan dalam kepemilikan dan penggunaan akun/rekening yang juga meningkat menjadi sebesar 65,4 persen di 2021.
Inilah yang mendorong Indonesia lebih maju dalam inklusi keuangan. Bahkan, jagad maya belum lama ini hangat memperbincangkan soal kekaguman warga Indonesia yang tinggal di Jepang soal penggunaan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS). Warganet membandingkan sistem perbankan Indonesia yang dinilai lebih maju dari Jepang.
Hal ini karena Indonesia sudah memiliki sistem pembayaran yang dinilai handal. Salah satu kelebihan QRIS yakni menyederhanakan transaksi keuangan. Tak heran, jika dari toko atau restoran besar hingga warung gerobak pinggir jalan milik pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) sebagian pembayaran sudah non tunai menggunakan QRIS.
Bank Indonesia (BI) pun memperpanjang kebijakan gratis biaya transaksi non tunai melalui saluran pembayaran QRIS bagi usaha mikro yang dibebankan ke toko (Merchant Discount Rate/MDR). BI pun mencatat QRIS sudah digunakan lebih dari 20 juta merchant dan pedagang
Dalam Simposium Tingkat Tinggi G20 Global Partnership for Financial Inclusion (GPFI) Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menjelaskan pemerintah sebagai regulator berkomitmen memberikan dukungan kepada UMKM untuk masuk ekosistem digital yang sehat. Ini guna mempercepat inklusi keuangan.