JAKARTA, iNews.id - Materi gelap tidak berinteraksi dengan cahaya dan ini membuat astronom kesulitan mempelajari alam semesta. Astronom perlu menyimpulkan keberadaan dan posisinya dari melihat caranya berinteraksi dengan materi biasa di sekitarnya.
Penelitian terbaru membantu tugas ini dengan menghasilkan peta paling akurat hingga saat ini tentang bagaimana materi gelap tersebar di seluruh alam semesta. Para astronom mengumpulkan informasi dari dua teleskop berbeda yakni teleskop Dark Energy Survey dan South Pole Telescope untuk membuat peta setepat mungkin.
Untuk kedua data teleskop, para peneliti menggunakan fenomena pelensaan gravitasi, di mana benda masif seperti bintang, galaksi, atau gugus galaksi melengkung ruang waktu dan bertindak seperti kaca pembesar untuk mendeteksi materi biasa dan gelap.
Hasilnya membawa beberapa kejutan, seperti fakta materi kurang menggumpal dari yang diharapkan berdasarkan model saat ini tentang bagaimana alam semesta terbentuk. Ini menunjukkan penyebaran materi lebih merata dari yang diperkirakan.
Jika survei lain menemukan hasil serupa, ini bisa menunjukkan ada sesuatu yang hilang dari teori saat ini tentang bagaimana alam semesta terbentuk pada periode segera setelah Big Bang.
“Saya pikir latihan ini menunjukkan tantangan dan manfaat dari melakukan analisis semacam ini. Ada banyak hal baru yang dapat Anda lakukan saat menggabungkan berbagai sudut pandang dalam memandang alam semesta.” kata salah satu penulis utama penelitian Chihway Chang dari University of Chicago, dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari Digital Trends.