JAKARTA, iNews.id – Beberapa jenis hidangan memang wajib disajikan saat perayaan Imlek. Ternyata, masing-masing makanan tersebut memiliki filosofi tersendiri.
Perayaan Imlek memang identik dengan ritual makan bersama keluarga. Jika ditelisik lebih jauh tradisi makan bersama ini, sebetulnya tidak jauh berbeda dengan perayaan-perayaan agama lain, seperti Idul Fitri atau Natal.
Bedanya, masyarakat Tionghoa memiliki kepercayaan khusus pada budaya dan tradisi yang telah diwariskan turun-temurun. Dalam hal ini, termasuk pada hidangan yang mereka santap pada perayaan Imlek.
Hal itu disampaikan Aji Chen Bromokusumo, Sekjen Asosiasi Peranakan Tionghoa Indonesia & Kepala Kajian Riset dan Budaya. Menurutnya, ritual makan bersama dianggap penting karena memiliki makna filosofis yang sangat kuat.
“Sebelum membahas ritual makan bersama, kita harus tahu dulu asal usul kata Imlek. Imlek itu hanya ada di Indonesia dan diserap dari kata Yin Li, di negara lain pelafalannya berbeda," ucap Aji Chen Bromokusumo, di Lei Lo Restaurant, Jakarta Selatan, belum lama ini.
"Imlek itu sama seperti Tahun Baru Islam, karena dihitung berdasarkan penanggalan bulan. Itu sebabnya, orang luar menyebutnya dengan nama Lunar New Year. Di Indonesia ini unik, kata Imlek itu dibawa oleh para imigran yang kemudian memunculkan istilah tersebut dari dialek hokkian karena lebih mudah diucapkan,” katanya.
Aji mengatakan, Imlek memang selalu identik dengan makan-makan yang secara tidak langsung melambangkan rasa syukur dan harapan baru di tahun yang akan datang. Di China sendiri, perayaan ini juga melambangkan rasa syukur para petani dalam menyambut musim tanam atau musim semi.