3 Pengusaha Sukses dari Desa, Nomor 2 Dapat Penghargaan Internasional
JAKARTA, iNews.id - Kesuksesan tidak hanya menjadi monopoli masyarakat perkotaan. Hal itu, setidaknya dibuktikan oleh beberapa pengusaha sukses dari desa. Meskipun sudah mendulang sukses, mereka memilih tetap hidup di desa dan memberdayakan masyarakat sekitar.
Perjuangan mereka merintis dan membesarkan bisnis penuh inspirasi dan layak untuk disimak. Tak hanya mampu meningkatkan perekonomian desa, ada juga yang sampai mendapat penghargaan internasional.
Dikutip dari berbagai sumber, berikut 3 pengusaha sukses yang memilih tetap hidup di desa:
1. Ishak Abdul Azis
Dikenal sebagai pengusaha keripik singkong asal Desa Krangean, Kertanegara, Purbalingga, Jawa Tengah. Ishak Abdul Azis mampu membuktikan bisa mendulang sukses tanpa merantau ke kota.
Awal dirinya memilih singkong untuk dijadikan sumber penghasilan karena di tempat tinggalnya Desa Krangean, menghasilkan singkong yang melimpah.
Berbekal ilmu dari pelatihan pembuatan kerupuk saat dia menimba ilmu agama di Pondok Pesantren, di Malang, Jawa Timur, Ishak lantas mengaplikasikannya di kampung halaman.
Ishak menyulap sebagian ruang tempat tinggalnya yang kecil menjadi tempat produksi keripik singkong dengan alat sederhana. Awalnya dia menjual 10 kilogram kerupuk singkong per harinya.
Lama kelaman usahanya berkembang, bahkan dijual hingga ke Bandung dan Jakarta. Ishak pun melibatkan warga sekitar dalam bisnisnya tersebut. Kini Ishak telah berhasil meraih omzet hingga Rp45 juta per bulan.
2. Ulus Pirmawan
Tak mampu melanjutkan pendidikan ke SMP karena keterbatasan biaya, justru membentuk Ulus Pirmawan menjadi sosok pekerja keras.
Mengikuti jejak orang tuanya yang berprofesi sebagai petani, Ulus Pirmawan memilih bercocok tanam sayur-sayuran di tempat asalnya, Desa Suntenjaya, Lembang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Berkat kegigihannya, Ulus berhasil menciptakan produk baru buncis super yang tak hanya dijual ke pasar Kralat Jati di Jakarta, tetapi juga menembus pasar ekspor sejak 1995. Produk buncis super tersebut membuat Ulus semakin giat berinovasi dan kemudian menghasilkan produk baru, yakni baby buncis pada 2005.
Ternyata produk baby buncis tersebut membawa Ulus mendapat penghargaan internasional. Pada 2014-2016, Ulus mendapat penghargaan dari Singapura untuk produk baby buncis yang dapat dipanen dalam jangka wkatu 40 hari.
3. Aang Permana
Bermodal Rp500.000 pria asal Garut ini sukses menjalankan bisnis kuliner dari ikan petek. Bisnis kuliner yang diberi nama Crispy Ikan Sipetek itu, sukses meraup omzet hingga Rp500 juta per bulannya.
Usahanya tersebut membuat Aang Permana kini bisa menyerap tenaga kerja dengan mempekerjakan ibu-ibu di kampungnya. Dia juga bermitra dengan nelayan di Danau CIlatah Cianjur, untuk menjaga ketersediaan ikan petek.
Kesuksesannya pun membawa berkah dan manfaat dengan membuka lapangan pekerjaan bagi warga sekitarnya. Hingga kini bisnisnya mampu memproduksi 1.000-1.500 bungkus per harinya. Dan telah memiliki 500 agen di 70 kota di Indonesia dan telah merambah pasar mancanegara seperti Malaysia dan Hongkong.
Editor: Jeanny Aipassa