7 Krisis Keuangan Terbesar dalam 40 Tahun Terakhir, Nomor 4 Pernah Menimpa Indonesia
NEW YORK, iNews.id - Pasar mengalami pergolakan besar-besaran pada bulan lalu. Hal itu sebagian disebabkan dua dari tiga kegagalan bank terbesar di Amerika Serikat (AS), sementara Credit Suisse dibeli oleh saingannya UBS Group AG.
Dikhawatirkan hal itu menular ke bank lainnya. Bahkan, investor khawatir ekonomi global akan mengalami krisis jika dampak kenaikan suku bunga melemahkan lebih banyak pemberi kredit.
Berikut ini beberapa krisis keuangan terbesar yang pernah terjadi dalam 40 tahun atau 4 dekade terakhir, dikutip dari Reuters:
Lebih dari 1.000 lembaga simpan pinjam (S&L) kolaps dalam krisis yang terjadi sepanjang 1980-an, mengakibatkan biaya untuk pembayar pajak mencapai 124 miliar dolar AS. Ini disebabkan pada pinjaman properti dan komersial yang tidak sehat yang dibuat oleh S&L setelah AS menghapus batasan suku bungan atas simpanan dan pinjaman mereka, yang memungkinkan mereka mengambil lebih banyak risiko.
Setelah hampir satu dekade pertumbuhan supercharged, pasar obligasi sampah merosot pada akhir 1980-an menyusul serangkaian kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed).
Michael Milken membantu mempopulerkan instrumen keuangan, dengan banyak yang menggunakannya sebagai cara mendanai pembelian dengan leverage. Tapi pasokan akhirnya melebihi permintaan, dan pasar merosot. Milken didakwa dengan pelanggaran sekuritas dan pelaporan. Dia membayar denda 200 juta dolar AS dan menjalani hukuman 22 bulan di penjara.
Pada Desember 1994, Meksiko secara mengejutkan mendevaluasi mata uangnya, peso, setelah meningkatnya defisit neraca berjalan dan turunnya cadangan internasional. Negara itu akhirnya mendapatkan dukungan keuangan eksternal dari Dana Moneter Internasional (IMF) dan bailout sebesar 50 miliar dolar AS dari AS.
Arus keluar modal yang besar dari ekonomi Asia pada pertengahan hingga akhir 1990-an memberi tekanan pada mata uang di kawasan ini. Krisis dimulai di Thailand, di mana pihak berwenang harus mendevaluasi baht Thailand setelah berbulan-bulan berusaha mempertahankan mata uangnya terhadap dolar AS dengan menguras cadangan devisanya.
Kondisi tersebut kemudian menular ke negara lain di Asia, termasuk Indonesia, Korea Selatan, dan Malaysia.
Sejumlah organisasi internasional, seperti IMF dan Bank Dunia akhirnya turun tangan dengan memberikan paket penyelamatan senilai lebih dari 100 miliar dolar AS.
Perusahaan lindung nilai (hedge fund) AS yang sangat berpengaruh kehilangan lebih dari 4 miliar dolar AS dalam rentang waktu beberapa bulan pada 1998 setelah krisis Asia dan krisis keuangan berikutnya di Rusia. Perusahaan mengalami kerugian besar setelah Rusia gagal membayar utang dan mendevaluasi mata uangnya.
Federal Reserve Bank New York membantu menengahi bailout sektor swasta senilai 3,5 miliar dolar AS untuk LTCM dan The Fed memangkas suku bunga tiga kali dalam beberapa bulan berturut-turut.
Krisis keuangan terbesar sejak Depresi Hebat berakar pada pinjaman berisiko kepada peminjam yang goyah, yang mulai kehilangan nilainya setelah bank sentral menaikkan suku bunga pada periode menjelang krisis. Banyak perusahaan mengambil posisi besar dalam obligasi hipotek dengan leverage tinggi yang telah meluas di tahun-tahun sebelumnya.
Krisis tersebut menyebabkan runtuhnya beberapa raksasa Wall Street, seperti Bear Stearns dan Lehman Brothers. Keduanya memiliki posisi besar dalam sekuritas hipotek.
Bencana itu juga melanda raksasa asuransi American International Group (AIG.N), yang membutuhkan bailout sebesar 180 miliar dolar AS. Pemerintah AS menutup Washington Mutual, yang merupakan kegagalan terbesar bank AS. Resesi Hebat yang terjadi adalah penurunan ekonomi terburuk dalam 70 tahun.
Didorong oleh krisis keuangan pada 2008, melonjaknya utang di beberapa ekonomi utama Eropa menyebabkan hilangnya kepercayaan pada bisnis di kawasan ini.
Yunani termasuk yang paling terpukul karena industri pelayaran dan pariwisata utamanya sensitif secara ekonomi. Kemudian Portugal, Irlandia, dan Siprus juga harus diselamatkan dari default, di mana pengangguran melonjak, terutama di negara-negara yang berbatasan dengan Laut Mediterania.
Editor: Jujuk Ernawati