Ancaman Gagal Bayar Utang AS Bisa Berdampak ke Kinerja Ekspor RI
JAKARTA, iNews.id - Amerika Serikat (AS) terancam gagal bayar surat utang negara usai mencapai batas pinjaman sebesar 31,4 triliun dolar AS pada Januari 2023 lalu. Negara Paman Sam tersebut kini berupaya melakukan langkah konsolidasi untuk menambah plafon utang.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, konsekuensi dari adanya kebijakan tersebut akan berdampak pada pemangkasan belanja pemerintah dan mampu menurunkan konsumsi domestik.
"Kalau itu terjadi, kinerja ekspor Indonesia bisa menurun. AS merupakan mitra dagang yang penting, dan hub manufaktur Indonesia selain ke China, Jepang, dan India," kata dia, Rabu (3/5/2023).
Bhima menjelaskan, penurunan permintaan ekspor ke Amerika dikhawatirkan berdampak pada industri-industri di dalam negeri. Pasalnya, AS menjadi pangsa pasar ekspor nonmigas terbesar ke-2 bagi Indonesia, setelah China.
Beberapa industri dalam negeri yang memiliki relasi dagang dengan Amerika, seperti industri tekstil, alas kaki, produk olahan karet CPO, furnitur, produk perikanan, hingga barang dari kulit. Menurut pengamatannya, ekspor pakaian jadi sepanjang 2017-2021 sudah berkurang 3 persen ke pasar AS, alas kaki turun 1 persen, dan barang dari kulit susut 3 persen.
"Bagaimanapun juga AS adalah mitra ekspor tradisional dengan porsi sebesar 9,2 persen sepanjang Januari-Maret 2023," ujarnya.
Menurut Bhima, penurunan permintaan ekspor bisa mendorong pemutusan hubungan kerja (PHK) massal meluas sepanjang 2023. PHK ini, kata dia, tidak hanya di sektor manufaktur tapi juga basis komoditas perkebunan dan tambang.
Sementara itu, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada Februari 2023 nilai ekspor Indonesia mencapai sekitar 21,4 miliar dolar AS, atau secara presentase turun 4,15 persen dibanding bulan sebelumnya (month-on-month/mom).
Penurunan nilai ekspor nasional juga sudah terjadi enam bulan berturut-turut sejak September 2022. Jika dilihat dari negara tujuannya, awal tahun ini permintaan ekspor turun paling signifikan dari Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa.
Pada periode Januari-Februari 2022, nilai ekspor Indonesia ke AS masih mencapai 4,96 miliar dolar AS. Namun, pada Januari-Februari 2023, turun 22,15 persen menjadi 3,86 miliar dolar AS. Dalam periode sama, nilai ekspor nonmigas ke Uni Eropa turun 11,54 persen dari 3,28 miliar dolar AS menjadi 2,90 miliar dolar AS.
"Selain ekspor, realisasi investasi dari AS bisa terganggu karena investor akan inward looking. Kesepakatan dengan Tesla misalnya soal pengembangan baterai dan kendaraan listrik mungkin terkendala," ucap Bhima.
Editor: Jujuk Ernawati