Asosiasi Pengelola Pusat Perbelanjaan Ungkap Penyebab Mal-mal Diobral Murah
JAKARTA, iNews.id - Penjualan aset pusat perbelanjaan atau mal dengan harga murah masih berlangsung meski kebijakan pembatasan mobilitas masyarakat mulai dilonggarkan. Penjualan aset mal itu, salah satunya terjadi Mal Cibinong Square di Bogor, Jawa Barat.
Menangapi hal tersebut, Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonsus Widjaja mengatakan, ada sejumlah faktor yang menyebabkan beberapa pengusaha memilih menjual aset mereka. Alphonsus menilai, pembatasan ketat beberapa waktu lalu memberi dampak signifikan terhadap keuangan perusahaan. Dana cadangan yang dimiliki pengusaha pun mulai habis.
"Pandemi yang berkepanjangan dengan berbagai pembatasan yang diberlakukan membuat banyak pusat perbelanjaan kehabisan dana cadangan untuk bertahan," kata Alphonsus saat dihubungi MNC Portal Indonesia, Minggu (31/10/2021).
Kondisi keuangan yang berbeda dari setiap pengelola mal membuat kemampuan bertahan di tengah krisis jadi sarat dengan perbedaan. Alphonsus mengatakan, tekanan yang berat justru dialami para pengelola pusat perbelanjaan yang telah terpuruk pada masa sebelum pandemi, sehingga tantangan mereka jauh lebih besar saat ini.
"Kemampuan pusat perbelanjaan tidak sama satu dengan lainnya. Demikian juga bagi pusat perbelanjaan yang sebelum pandemi memiliki kinerja kurang maksimal, maka akan mengalami tekanan yang lebih berat untuk bertahan selama pandemi," ujarnya.
Namun, Alphonsus meyakini prospek usaha pusat perbelanjaan bakal meningkat sejalan dengan kembali aktifnya masyarakat bepergian ke luar, melakukan aktivitas belanja dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.
"Prospek usaha pusat perbelanjaan ke depan masih sangat baik, mengingat pusat perbelanjaan adalah salah satu fasilitas masyarakat untuk memenuhi keperluan dasar dan kebutuhan hidup masyarakat. Sektor usaha ritel adalah termasuk dalam sektor konsumsi masyarakat yang masih mendominasi perekonomian Indonesia," tuturnya.
Sebelumnya, Senior Research Advisor Knight Frank Indonesia Syarifah Syaukat mencermati penjualan mal umumnya dilakukan pengusaha dalam rangka asset recycling.
Monetisasi aset baik dalam bentuk penjualan maupun penyewaan dinilai perlu apabila ingin mendapatkan dana segar, khususnya untuk mengalihkan portofolio investasi yang dinilai lebih aktif saat pandemi. Inilah yang membuat harga-harga properti mal cenderung tertekan alias lebih murah dari harga wajar.
"Fenomena penjualan mal di tengah pandemi adalah opsi yang dipilih oleh pengembang dalam melakukan asset recycling. Umumnya opsi ini dipilih untuk mendapatkan dana segar dan mengalihkan portofolio ke aset yang dinilai lebih aktif di tengah pandemi," ujarnya.
Untuk diketahui, sejumlah pusat perbelanjaan dan mal belakangan ini banyak diobral murah oleh para pengusaha. Soal penjualan tersebut sempat heboh di media sosial.
Editor: Jujuk Ernawati