Badai PHK Perusahaan Teknologi Digital Masih Berlanjut, Bakal Masif di 2023
JAKARTA, iNews.id - Badai pemutusan hubungan kerja (PHK) yang melanda perusahaan teknologi digital diperkirakan masih berlanjut dan akan masif di tahun 2023.
Pernyataan itu, disampaikan Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, menanggapi PHK massal yang menimpa karyawan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GoTo) hingga platform edutech Ruangguru.
Menurut dia, gelombang PHK diperkirakan terus terjadi di berbagai perusahaan teknologi digital lainnya, mulai dari e-commerce, financial technology (fintech), edutech, hingga healthtech.
"Tahun 2023, skalanya akan masif karena kondisi ekonomi dengan adanya ancaman resesi global membuat persaingan pencarian dana dari investor semakin ketat," ujar Bhima kepada MPI, Sabtu (19/11/2022).
Terkait dengan itu, Bhima mengimbau para founder maupun CEO perusahaan teknologi digital harus bersiap menghadapi tekanan yang lebih besar.
Bahkan pemerintah perlu turun tangan memastikan korban PHK baik karyawan tetap maupun karyawan kontrak yang diputus masa kerja nya wajib mendapatkan hak-hak sesuai peraturan ketenagakerjaan.
"Karena skala PHK-nya masif, Kementerian Ketenagakerjaan harus membuat posko untuk menampung apabila ada hak pekerja yang tidak dibayar penuh, maupun ditangguhkan seperti pesangon dan sebagainya," ungkap Bhima.
Dia menjelaskan, pemerintah juga menurutnya perlu mempersiapkan lapangan kerja baru, sebagai contoh korban PHK startup dapat diserap ke anak cucu Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
"Hal tersebut untuk menghindari Hysteresis atau pelemahan keahlian karena korban PHK digital yang notabene adalah high-skill worker (keahlian tinggi) menganggur terlalu lama, sementara Indonesia diperkirakan masih memiliki gap kekurangan 9 juta tenaga kerja di ekosistem digital," tutur Bhima.
Seperti diketahui, dua perusahaan teknologi Indonesiaa, yakni GoTo dan Ruangguru telah mengumumkan PHK massal terhadap karyawan, pada Jumat (18/11/2022). GoTo melakukan PHK terhadap 1.300 karyawan, sedangkan ruang guru ratusan karyawan.
Editor: Jeanny Aipassa